Page 197 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 197

178   Dr. Julius Sembiring, S.H., MPA.


                Kurangnya  perhatian  pemerintah daerah dalam
            ‘mengurus’  tanah  (hak)  ulayat dapat dicermati  bahwa
            sejak terbitnya Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala
            Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999 tentang
            Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat
            Hukum Adat hingga saat ini, hanya 6 (enam) kabupaten/
            kota  yang menerbitkan  peraturan  daerah  tanah (hak)
            ulayat,  yaitu  Kabupaten  Kampar,  Kabupaten  Lebak,
            Kabupaten Nunukan, Kota  Ternate, Kabupaten Malinau

            dan Kabupaten Sigi.
                Dengan demikian, hal yang perlu mendapat perhatian
            untuk  memberikan perlindungan pada  eksistensi  tanah
            ulayat adalah:

            Pertama, adanya  persamaan  pandangan dari  semua
            stakeholder tanah ulayat terkait penentuan subyek, obyek,
            dan hubungan hukum  yang mendasari  adanya hak  atas
            tanah ulayat tersebut.

            Kedua,  sinkronisasi  peraturan  perundang-undangan
            tentang tanah ulayat. Banyak undang-undang, peraturan
            daerah dan  Keputusan  Menteri  yang diterbitkan  untuk
            mengatur  tanah ulayat.  Namun peraturan perundangan-
            undangan tersebut bersifat sektoralisasi, artinya, diterbitkan
            berdasarkan kepentingan instansi masing-masing. Selain
            itu,  regulasi  yang dikeluarkan oleh  Otoritas  Pertanahan

            menunjukkan  adanya ketidaktaatan  asas. Permen No.9
            Tahun 2015 dan Permen No.10 Tahun 2016 yang mencabut
            dan menyatakan  tidak berlakunya Permen No.5  Tahun
   192   193   194   195   196   197   198   199   200   201   202