Page 194 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 194

Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat  175


                  menerima  hukum adat dan tokoh-tokoh  masyarakat
                  asli  untuk dijadikan  bagian dari  aparat  kolonial.
                  Tujuan utama kebijakan ini sebetulnya dalam rangka
                  menciptakan stabilitas politik pemerintahan kolonial;
              4.  fase  substitusi  (substitution).  Meskipun telah
                  dilakukan rekonstruksi terhadap hukum adat namun
                  posisi hukum adat tetap tidak sejajar dengan hukum
                  kolonial.  Hukum  Adat  diposisikan berada  di bawah
                  hukum kolonial  (tersubstitusi).  Walaupun  sudah

                  didaftarkan berdasarkan  undang-undang  hak-hak
                  atas tanah yang diatur dengan hukum adat tetap saja
                  berada di bawah hak atas tanah berdasarkan hukum
                  negara;
              5.  fase integrasi (integration),  yaitu upaya untuk
                  membangun  suatu  hukum adat  sebagai  bagian dari
                  hukum  yang  berlaku  di  samping  hukum negara.

                  Kebijakan ini  ditujukan  untuk mengembangkan
                  hukum adat dan  hak-hak atas  tanah  melalui  proses
                  administrasi yang difasilitasi oleh negara.


                  Meskipun fase-fase tersebut tidak persis sama dengan
              kondisi di Indonesia, namun secara substansial kelima fase
              itu ditemukan pada sejarah perkembangan politik hukum
              agraria Kolonial Belanda dengan segala implikasinya pada
              eksistensi  tanah ulayat.  Menarik pula untuk  dikaji  lebih

              lanjut apakah politik hukum yang menempatkan hukum
              adat  sebagai dasar dalam  pembangunan  hukum  agraria
   189   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199