Page 26 - Regulasi-Pertanahan-dan-Semangat-Keadilan-Agraria
P. 26

Regulasi Pertanahan dan Semangat Keadilan Agraria  13


              / pemilikan SDA belum diantisipasi.
                  Ketika pada tahun 1970-an UU sektoral mulai diterbitkan
              untuk mengakomodasi investasi dalam rangka pertumbuhan
              ekonomi, UU sektoral terbit dengan semangat pragmatisme
              sesuai  dengan  visi  dan misi  masing -  masing  sektor.
              Falsafah dan prinsip dasar penyusunan UU terkait SDA yang
              diamanatkan  UUPA  tidak diakomodasi  dalam  UU  sektoral.

              Dengan kata lain , UUPA  telah  terdegradasi  menjadi  lex
              specialis  dihadapkan  pada UU  sektoral  lainnya.  Degradasi
              oleh  kekuatan eksternal  itu walaupun disayangkan  tetapi
              dapat  dipahami. Dalam  perkembangannya,  yang  lebih
              memprihatinkan adalah pengeroposan UUPA secara internal
              melalui berbagai kebijakan / peraturan perundang - undangan
              pertanahan.

                  Sejatinya, semenjak tahun 1998 sudah mulai mengemuka
              wacana  tentang  perlunya  merevisi  UUPA  (KPA  dan  KRHN,  “
              Usulan Revisi UUPA ”, Oktober1998). Setidaknya  ada  empat
              kelompok pemikiran terhadap UUPA , yakni bahwa : (1) UUPA
              perlu  dipertahankan  karena  melindungi  hak-hak  masyarakat;
              sengketa pertanahan itu terjadi karena penyimpangan pejabat

              pelaksana; (2) UUPA melindungi hak-hak masyarakat  tetapi
              peraturan  pelaksanannya  yang menyimpang; (3) UUPA harus
              dirubah agar lebih pro pasar; dan (4) UUPA perlu dikritisi karena
              adanya  penyimpangan oleh  pejabat  pelaksana dan adanya
              peraturan  pelaksanaan  yang menyimpang  dari UUPA ( Noer
              Fauzi, “Sendi- Sendi Pembaruan Agraria”, September 1999 ).

                  Dalam rangka penyempurnaan  UUPA  ,  tercatat  empat
              RUU  tentang Pertanahan  dan  dua RUU  yang bersifat
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31