Page 21 - Regulasi-Pertanahan-dan-Semangat-Keadilan-Agraria
P. 21

8     Prof. Dr. Maria SW Sumardjono., S.H., MCL., MPA

            Hak ulayat MHA

                Pengakuan terhadap tanah ulayat MHA sebagai entitas,
            di samping tanah negara dan tanah hak (perseorangan/badan
            hukum),  memberikan kemungkinan  pemberian hak  atas
            tanah di atas tanah ulayat secara langsung setelah memperoleh
            persetujuan  tertulis MHA  yang bersangkutan. Usaha  yang

            dilakukan di atas  tanah  ulayat  harus dapat  memberikan
            manfaat  pada MHA  yang bersangkutan  dan menjamin
            terpeliharanya lingkungan hidup. Jika hak atas tanah berakhir
            atau hapus karena  sebab  tertentu,  tanah kembali  dalam
            penguasaan MHA yang bersangkutan. Perpanjangan hak atas
            tanah harus mendapatkan persetujuan tertulis MHA tersebut.

                Bagaimana dengan hak atas tanah yang telah diperoleh
            secara sah sesuai  peraturan  perundang-undangan sebelum
            terbitnya UUP? Hak atas tanah yang sudah ada tetap diakui.
            Setelah jangka waktu hak berakhir atau hapus karena sebab
            tertentu, maka: (1) jika MHA bersangkutan masih  ada
            sesuai  ketentuan peraturan perundang-undangan,  tanah
            kembali  dalam  penguasaan MHA bersangkutan; (2) jika

            MHA bersangkutan sudah tak ada lagi, tanah kembali dalam
            penguasaan negara.

            Dilema hak pengelolaan

                Berasal dari “fungsi” pengelolaan, pemegang HPL punya
            kewenangan menggunakan tanah HPL bagi keperluan sendiri,
            di samping dapat menyerahkan bagian dari tanah HPL untuk
            dimanfaatkan  pihak ketiga. Semula, melalui Peraturan
            Menteri  Agraria (PMA)  No. 9  Tahun 1965,  ditegaskan
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26