Page 6 - Sinar Tani Edisi 4095
P. 6
6 Edisi 16 - 22 Juli 2025 | No. 4095 Tahun LV
Maksimalkan
Lahan Kering,
Bioteknologi
Kuncinya
menghasilkan biji dengan
Maksimalkan potensi lahan kering dengan kualitas lebih baik dan genetik” masih sering menimbulkan
keraguan
masyarakat,
di
para
jagung bioteknologi, solusi cerdas untuk kandungan aflatoksin ahli menyatakan bahwa produk
panen lebih banyak, hemat biaya, dan lebih rendah, yang ini sangat aman. Sebab, proses
tahan kekeringan. Inovasi ini bantu petani penting untuk pengembangannya memakan
keamanan pangan
waktu sangat panjang rata-rata 13
untung meski cuaca tak bersahabat. dan pakan ternak. tahun dan biaya yang tidak sedikit,
Dari sisi ekonomi, bisa mencapai Rp 579 miliar untuk
varietas jagung hasil satu produk.
rekayasa genetik juga Selama proses tersebut, benih
i banyak daerah sentra tumbuh optimal meskipun curah memberi dampak positif. Karena harus melewati berbagai tahapan
jagung Indonesia, hujan rendah atau tanah cepat tanaman memiliki ketahanan uji, mulai dari uji keamanan pangan,
musim kemarau tak mengering. alami terhadap hama dan gulma, dampak lingkungan, hingga
lagi sekadar jeda “Tanaman tidak hanya bertahan, kebutuhan akan pestisida dan ketahanan terhadap berbagai
hujan, tapi berubah tapi tetap produktif,” kata Pradhita. herbisida bisa dikurangi. “Ini berarti kondisi. Di tingkat internasional,
Dmenjadi tantangan Teknologi ini, sambungnya, bisa biaya produksi turun, sementara lembaga seperti USDA, FAO, EFSA,
berat. Lahan-lahan mengering, menjadi penyelamat di wilayah- hasil panen meningkat,” katanya. dan FDA ikut mengawasi proses ini.
panen menurun, dan harapan petani wilayah kering yang selama ini hasil Di Vietnam, Pradhita Di Indonesia, pengawasan dilakukan
ikut menipis. Dalam situasi seperti tanamannya rendah. mencontohkan, petani yang oleh Kementerian Lingkungan Hidup
ini, muncul pertanyaan yang terus Bahkan hasilnya cukup nyata. menggunakan VT2PRO mencatat dan BPOM.
bergema bagaimana caranya tetap Jika biasanya di lahan kering petani tambahan pendapatan sekitar €280 Hingga saat ini tidak ada bukti
bertani di tengah keterbatasan? hanya bisa panen sekitar 0,5 ton/ha, per hektar. Sementara di Indonesia, ilmiah yang menunjukkan bahwa
MD Corn Specialist dari CropLife kini bisa meningkat hingga 10-11 ton/ simulasi menunjukkan potensi tanaman hasil rekayasa genetik
Indonesia, Amanda Pradhita ha. Peningkatan yang tidak kecil, kenaikan pendapatan petani hingga berbahaya bagi kesehatan manusia.
Pranggapati mengatakan, kondisi apalagi jika dilihat dari lahan yang Rp 6,3 juta/ha. “Buat petani, ini bukan Bahkan di banyak negara, jagung
pertanian saat ini memang cukup sama dan dengan input yang tidak cuma soal teknologi, tapi soal hasil. jenis ini telah digunakan selama lebih
menantang dan dihadapkan pada lebih banyak. Kalau hasilnya naik dan ongkos dari 25 tahun. “Teknologinya sudah
banyak masalah. Mulai dari konversi “Inilah potensi besar dari produksinya turun, tentu mereka cukup lama digunakan di luar negeri.
lahan, penurunan produktivitas, bioteknologi. Kita tidak perlu akan tertarik,” ujar Pradhita. Kita tinggal menyesuaikan dengan
kekeringan, serangan hama, sampai membuka lahan baru. Kita Meskipun istilah “rekayasa kondisi lokal,” katanya. Gsh/Yul
makin sempitnya ruang bertani. optimalkan yang sudah ada. Dengan
Salah satu jawaban yang varietas yang lebih tahan, petani bisa
mulai banyak dibicarakan untuk menanam di tempat-tempat yang
mengoptimalkan lahan keringan dulu dianggap tidak layak,” tuturnya. Edukasi dan Penyuluhan
adalah memanfaatkan teknologi,
khususnya bioteknologi melalui Dua Varietas Unggulan
rekayasa genetik tanaman. Teknologi Menurut Pradhita, saat ini ada eski potensinya
ini memungkinkan jagung tumbuh dua jenis jagung rekayasa genetik besar, adopsi
di lahan yang sebelumnya dianggap yang cukup dikenal dan mulai teknologi ini di
kurang produktif, termasuk lahan diperkenalkan ke petani yakni Mlapangan masih
kering. Roundup Ready dan VT2PRO. menghadapi tantangan. Tidak
Rekayasa genetik dalam tanaman Keduanya menawarkan keunggulan semua petani familiar dengan
bukan hal baru di dunia pertanian. yang berbeda, tergantung kondisi istilah rekayasa genetik.
Teknologi ini untuk menyisipkan dan kebutuhan di lapangan. Banyak juga yang masih ragu,
sifat-sifat unggul dari satu tanaman Roundup Ready dirancang apalagi jika belum melihat
atau organisme ke tanaman lain, tahan terhadap herbisida tertentu, langsung hasilnya.
sehingga menghasilkan varietas sehingga membuat petani lebih MD Corn Specialist dari
yang lebih kuat, tahan terhadap mudah dalam pengendalian CropLife Indonesia, Amanda
penyakit, dan bisa beradaptasi lebih gulma. Gulma yang biasanya Pradhita Pranggapati
baik terhadap kondisi ekstrem. mengganggu pertumbuhan jagung mengatakan, pentingnya
Seperti diketahui, kekeringan bisa dikendalikan dengan satu kali edukasi yang tepat sasaran.
menjadi salah satu penyebab semprot, tanpa merusak tanaman Sosialisasi tidak cukup
utama gagal panen. Data dari FAO utama. “Biaya pengendalian pun bisa lewat seminar atau materi
menyebutkan kekeringan dapat ditekan,” ujarnya. cetak. Paling efektif adalah
menurunkan hasil panen jagung Sementara itu, VT2PRO menunjukkan langsung hasil di lapangan, lewat demplot, pelatihan,
hingga 50%. Dalam kondisi ini, menawarkan perlindungan terhadap dan pendampingan. “Kalau petani melihat sendiri bahwa hasil
varietas jagung drought tolerant lima jenis hama penggerek utama panennya bisa naik, dan biaya bisa turun, mereka pasti tertarik. Tapi
(toleran terhadap kekeringan) pada jagung. Hama jenis ini kerap butuh waktu dan pendekatan yang tepat,” katanya.
menjadi sangat penting. menyerang batang tanaman dan Menurutnya, jagung hasil rekayasa genetik bukan sekadar inovasi,
Jagung jenis ini memiliki menyebabkan tanaman rebah tapi alat bantu baru bagi petani menghadapi tantangan lama
kemampuan mengatur penggunaan sebelum panen. Dengan varietas ini, kekeringan, hama, dan hasil panen yang tak menentu. Teknologi
air secara efisien. Tanaman menyerap potensi kerugian bisa ditekan hingga ini bukan menggantikan peran petani, tapi justru memperkuatnya.
air lebih dalam ke akar dan mampu 11%. Dengan alat yang lebih baik, petani bisa bekerja lebih efisien, lebih
mengurangi penguapan air dari Selain perlindungan terhadap hemat, dan tentu saja lebih untung. Gsh/Yul
daun. Hasilnya, tanaman tetap hama, ungkapnya, VT2PRO juga