Page 88 - Sejarah Daerah Lampung
P. 88
69
Menghadapi kenyata~ ini lalu VOC menggunakan taktik di-
plomasi. Merka mengirimkan seorang ulama bemama Tuang Mansyur
dengan tugas membujuk orang-orang Lampung dan Selebar. Tuan
· Mansyur berhasil, sehingga orang Lampung dan Silebar itu mau men-
jual hasil ladanya kepada voe. Harganya waktu itu sebelas ringgit ti-
ap bahar.
Secara ringkas dapatlah dikatakan bahwa ekspedisi V ~ de
Schuur gagal menjalankan tugasnya. Di Lampung mereka tidak men-
dapat sambutan yang ~aik dan tidak dapat menguasai perdaganan
lada, .apalagi mendirikan benteng. Ketika pada tanggal 21 November
1682 mereka pulang ke Jawa, kapal-kapal mereka hanya memuat
744.188 ton dengan harga F.62.292,3 li.
Memasuki abad XVIII keadaan di Lampung belum stabil.
Kewibawaan Sutlan Banten agak mundur di sini. Diantara para pega-
wai Kesuhanan Banten di Lampung sering terjadi perselisilian, ter-
~ mengenai jual-beli lada. Keadaan demikian semakin butuk sesu-
dah Sultan Abdul Mahasin Muhammad Syafei Zainal Arifin. Sebab
pada masa pemrintahannya terjadi lagi kerusuhan di Banten yang
bennula dari fitnahan istrinya yang bemama Syarifah Fatimah (dalaln
cerita rakyat Banten disebut Ratu Fatimah).
Pada tahun 1734 orang Larnpung sudah merasa bebas dari kon-
trol kekuasaan Banten. Bahkan daerah Tulangbawang sudah jatuhlagi
ke tangan Sultan Palembang. Untuk mengembalikan ~ulangbawang ini
Sultan Zairtul Arifin minta bantUan VOC, tentu saja dengn .perjanjian
yang ada segi menguntungkail Voe. Pasukan Voe dikirimkan ke
Tulangbawang dan berhasil mengembalikan· daerah ·ini ke bawah ke-
kUasaao Sultan Banten. Untuk mmgawasi perdagangan Jada .yang D.
·
reka peroleh sete~ itu, maka mereka mendirikan · benteng di· Meli8ga- ·
la, Pactatahun 1738 yang diberinamalkliteng Albeitus.