Page 120 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 OKTOBER 2020
P. 120

akan  menjadikan  putusan  MK  sebagai  pegangan  dalam  penyusunan  UU  Cipta  Kerja,  tapi
              nyatanya dalam pembahasan Subklaster Ketenagalistrikan janji tersebut terlupakan
              negative  -  PS  Kuncoro  (Ketua  Umum  Persatuan  Pegawai  PT  Indonesia Power  (PP  Indonesia
              Power) Oleh karena itu, serikat pekerja di sektor ketenagalistrikan meminta omnibus law yang
              sudah  disahkan  segera  dibatalkan.  Terlebih  lagi,  beleid  ini  ditolak  oleh  banyak  elemen
              masyarakat.  Tidak  hanya  buruh,  tetapi  juga  mahasiswa,  petani,  nelayan,  masyarakat  adat,
              akademisi, penggiat HAM, dan sebagainya

              negative  -  PS  Kuncoro  (Ketua  Umum  Persatuan  Pegawai  PT  Indonesia Power  (PP  Indonesia
              Power) Pasti kami sangat kecewa sekali, kita marah, ingin nangis, ini kekecewaan yang luar biasa
              buat buruh dan pekerja yang masih bekerja di pabrik

              positive  -  PS  Kuncoro  (Ketua  Umum  Persatuan  Pegawai  PT  Indonesia  Power  (PP  Indonesia
              Power)  Jadi  sebetulnya pemerintah  sedang  mewariskan  kehancuran  untuk  generasi  kita  dan
              generasi  akan  datang.  Jadi  pemerintah  mewariskan  bukan  kebaikan  tapi  kehancuran  untuk
              rakyatnya sendiri, per hari ini



              Ringkasan

              Pemerintah  telah  mengesahkan  UU  Cipta  Kerja.  Namun,  elemen  buruh  masih  menyuarakan
              penolakannya  meski  pemerintah  mengklaim  pembahasan  telah  mengajak  seluruh  pemangku
              kepentingan.  Salah  satunya  dari  Konfederasi  Rakyat  Pekerja  Indonesia  (KRPI).  Sekretaris
              Jenderal KRPI, Saepul Tavip, menilai pemerintah tidak terbuka untuk melibatkan masyarakat
              dalam  proses  pembuatan  RUU  Cipta  Kerja  tersebut.  Pemerintah  hanya  melibatkan  kalangan
              pengusaha untuk membuat draft RUU Cipta Kerja ini, hingga diserahkan ke DPR.



              INI POIN LENGKAP YANG DITOLAK ELEMEN BURUH DI UU CIPTA KERJA

              Merdeka.com - Pemerintah telah mengesahkan UU Cipta Kerja. Namun, elemen buruh masih
              menyuarakan penolakannya meski pemerintah mengklaim pembahasan telah mengajak seluruh
              pemangku  kepentingan.  Salah  satunya  dari  Konfederasi  Rakyat  Pekerja  Indonesia  (KRPI).
              Sekretaris  Jenderal  KRPI,  Saepul  Tavip,  menilai  pemerintah  tidak  terbuka  untuk  melibatkan
              masyarakat dalam proses pembuatan RUU Cipta Kerja tersebut. Pemerintah hanya melibatkan
              kalangan pengusaha untuk membuat draft RUU Cipta Kerja ini, hingga diserahkan ke DPR.

              "Padahal Pasal 96 UU No. 12 tahun 2011 mengamanatkan adanya pelibatan masyarakat dalam
              proses  pembuatan  suatu  UU,  namun  dalam  kenyataannya,  pembahasan  RUU  Cipta  Kerja,
              masyarakat tidak dilibatkan," ujarnya.
              Dia melanjutkan sejumlah pasal yang sudah disepakati di tingkat Panja ternyata berbeda hasil
              dengan isi pasal UU Cipta Kerja yang disahkan. Misal, Pasal 59 tentang Perjanjian Kerja Waktu
              Tertentu (PKWT) dan Pasal 66 tentang alih daya (outsourcing). Dalam pembahasan RUU Cipker
              di tingkat Panja, telah disepakati untuk kembali ke UU 13/2003. Tapi di UU Cipta Kerja yang
              disahkan kemarin, ternyata berbeda dengan isi kesepakatan Panja.

              "Sehingga  terindikasi  ada  pihak  yang  sengaja  membelokkan  poin-poin  kesepakatan  Panja,"
              tuturnya.
              KRPI, lanjutnya, akan menempuh jalur perlawanan berikutnya yakni dengan mengajukan judicial
              review ke Mahkamah Konstitusi (MK) untuk menolak seluruh isi klaster ketenagakerjaan di UU
              Cipta Kerja.

                                                           119
   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125