Page 135 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 OKTOBER 2020
P. 135

"Pandemi  Covid-19  menjadi  alasan  kepolisian  menggunakan  kekuatan  berlebihan,"  sebut
              Asfinawati.
              Asfinawati menekankan, aksi yang dilakukan rakyat sebenarnya bentuk ekspresi kemarahan atas
              pengesahan  UU  Ciptaker.  "Rakyat  terpaksa  unjuk  rasa  karena  pemerintah  dan  DPR  tidak
              mendengarkan keluhannya," ujar Asfinawati.

              Asfinawati mengingatkan Polri adalah alat negara bukan alat pemerintah. Selain itu, Kepolisian
              dalam  tugasnya  menjaga  keamanan  dan  ketertiban  masyarakat  bertugas  melindungi,
              mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.

              "Kami mendesak Presiden sebagai pimpinan langsung Kapolri untuk tidak mengganggu netralitas
              serta indenpendensi yang seharusnya diterapkan Polri. Kami juga meminta Presiden dan Kapolri
              menghormati UUD 1945 & amandemennya serta UU 9/1998 yang menjamin hak setiap orang
              untuk menyampaikan aspirasinya termasuk pendapat di muka umum," ucapnya.

              Diketahui,  Kapolri  Jenderal  Polisi  Idham  Azis  menerbitkan  Surat  Telegram  Kapolri  Nomor:
              STR/645/X/PAM.3.2./2020  bertanggal  2  Oktober  2020.  Isinya  soal  antisipasi  kepolisian  atas
              unjuk rasa dan pemantauan situasi berpotensi konflik dalam rangkaian pengesahan Rancangan
              UU Ciptaker.

              Ada  12  poin  yang  diatur  dalam  surat  itu,  beberapa  di  antaranya  seperti  pengerahan  fungsi
              intelijen  dan  deteksi  dini  terhadap  elemen  buruh  dan  masyarakat  yang  berencana
              berdemonstrasi dan mogok nasional; melakukan patroli siber pada media sosial dan manajemen
              media untuk bangun opini publik yang tidak setuju dengan unjuk rasa di tengah pandemi; serta
              tidak memberikan izin kepada pengunjuk rasa untuk berdemonstrasi maupun keramaian lainnya.

              Poin lainnya menginstruksikan perihal melakukan kontra narasi isu-isu yang mendiskreditkan
              pemerintah.  Surat  telegram  itu  diklaim  demi  menjaga  kondusifitas  situasi  keamanan  dan
              ketertiban masyarakat di saat pandemi.
              Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Polisi Awi Setiyono menegaskan surat telegram
              rahasia (TR) merupakan arahan Mabes Polri kepada kesatuan wilayah dalam menghadapi demo
              dan juga rencana aksi mogok kerja buruh pada tanggal 6-9 Oktober 2020. Oleh karena itu tidak
              benar jika telegram rahasia Kapolri Idham Azis tidak sesuai dengan fungsi dan kewenangan Polri.
              "Seluruh yang disampaikan dalam TR tersebut merupakan arahan agar pemangku kepentingan
              di wilayah tidak ada ragu-ragu dalam mengambil tindakan di lapangan,mulai dari preventif atau
              pencegahan,  deteksi  dini  atau  cegah  dini  agar  tidak  terjadi  anarkistis  dan  belajar  dari
              pengalaman sebelumnya," tegas Awi dalam konferensi pers di kompleks Bareskrim Polri, Jakarta
              Selatan, Selasa (6/10).

              Kendati demikian, kata Awi, Polda tetap diperintahkan untuk membuat rencana pengamanan
              jika terjadi demo.
              "Walaupun dalam surat tersebut tertulis tidak menerbitkan STTP, hanya saja pada tupoksinya
              Polri tetap akan melaksanakan pelayanan, perlindungan dan pengayoman kepada masyarakat,
              penegakan hukum merupakan hal yang terakhir dilakukan," ungkap Awi.

              Wakil  Ketua  DPR  Azis  Syamsuddin  ikut  mengomentari  adanya  Surat  Telegram  Kapolri  yang
              memerintahkan  jajaran  kepolisian  untuk  secara  tegas  tidak  memberikan  izin  unjuk  rasa  dan
              kegiatan yang menimbulkan keramaian massa. Menurut Azis, apa yang diperintahkan Kapolri di
              dalam Surat Telegram tersebut telah sesuai aturan.

              "Ya  maklumat  Polri  kan  sudah  keluar,  tentu  sesuai  mekanisme,  sesuai  aturan,"  kata  Azis  di
              Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (6/10).

                                                           134
   130   131   132   133   134   135   136   137   138   139   140