Page 48 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 JUNI 2020
P. 48
HEADLINE: JOKOWI JENGKEL KINERJA PARA MENTERI, SINYAL KUAT RESHUFFLE
KABINET?
Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi marah dan mengancam akan mereshuffle
kabinetnya. Jokowi kesal lantaran kinerja para pembantunya di Kabinet Indonesia Maju tak
menunjukkan progres yang signifikan di tengah pandemi virus corona Covid-19.
Jokowi meluapkan kemarahannya di hadapan seluruh menteri dalam sidang kabinet paripurna
yang digelar di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis 18 Juni 2020 lalu. Video rekaman sidang
itu baru ditayangkan di Youtube Sekretariat Presiden pada Minggu 28 Juni 2020 kemarin.
Kemarahan Jokowi pun menjadi sorotan banyak pihak, terutama soal ancaman reshuffle.
Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menilai,
ini merupakan cambukan bagi para menteri yang tidak bisa bekerja sesuai keinginan Jokowi.
"Jokowi sedang mengultimatum menterinya untuk bekerja dengan cara 'tak biasa' di tengah
pandemi," ujar Adi kepada Liputan6.com , Jakarta, Senin (29/6/2020).
Apalagi, menurut Adi, Jokowi telah menyiapkan segala penunjang agar pemerintah bisa bekerja
cepat mengatasi berbagai masalah akibat pandemi corona Covid-19, mulai dari anggaran yang
melimpah hingga regulasi yang memudahkan penanganan.
"Jokowi ingin menterinya bekerja seperti dirinya, cepat, tangkas, bikin manuver, dan hasil
maksimal. Jika tidak, menteri yang biasa saja itu layak direshuffle," tuturnya.
Namun Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu enggan berspekulasi terkait siapa saja
menteri yang berpotensi direshuffle dalam waktu dekat ini. Menurutnya, publik sudah bisa
menilai lewat pernyataan Jokowi.
"Sekedar menegaskan apa yang dikutip Jokowi, ada sejumlah kementerian yang dikritik, yakni
serapan anggaran kesehatan yang nihil, bansos (bantuan sosial) yang tak maksimal, dan
stimulus ekonomi. Semua orang sudah bisa menebak kementerian apa saja yang dimaksud
Jokowi itu. Kementerian lain (juga) tentu layak dievaluasi," kata Adi.
Menurut Adi, keputusan reshuffle Kabinet Jokowi tidak akan berdampak pada penanganan
pandemi virus corona Covid-19 di Indonesia. "Justru evaluasi dan reshuffle harus diniatkan
untuk memperbaiki cara penanganan corona dan dampaknya. Bukan niat yang lain," ucapnya.
Lebih lanjut, Adi juga meyoroti Sekretariat Presiden yang baru mempublikasikan video tersebut
10 hari setelah rapat kabinet digelar. Menurutnya, pihak Istana menunggu momentum yang pas
untuk mempublikasikan video tersebut agar bisa diterima publik dengan baik.
"Sepertinya menunggu momentum yang pas agar respons publik juga baik. Tentu sebelum di-
publish ke publik, pidato Jokowi itu sudah dipertimbangkan plus minusnya secara politik,"
katanya.
Peneliti Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Aisah Putri Budiatri menilai,
pidato tersebut menunjukkan bahwa Jokowi tidak hanya kesulitan mengatasi persoalan ekonomi
di tengah pandemi, namun juga kesulitan mengkoordinasikan dan menginstruksikan kerja para
menteri.
"Kalau dihitung-hitung, pandemi sudah berjalan beberapa bulan, tetapi kemarahan ini baru saja
muncul, 10 hari lalu. Artinya, kemarahan ini adalah akumulasi Jokowi atas problem rumah
tangga kabinetnya yang selama ini tidak bekerja efektif," kata Aisah kepada Liputan6.com ,
Senin (29/6/2020).
47