Page 111 - Berita Omnibus Law Cipta Kerja 17-18 Februari 2020
P. 111

yang  sejauh  ini  dinilai masih  belum  sesuai  dengan kebutuhan  para  pekerja, pun  masih  lebih  baik
               dibanding RUU Cipta Kerja.

               Menurut dia, munculnya RUU Cipta Kerja telah mulai menimbulkan kegaduhan di banyak perusahaan.
               Ia  menyampaikan  bahwa  banyak  laporan  yang  ia  terima,  bahwa  perusahaan-perusahaan
               memanfaatkan isu RUU Cipta Kerja untuk menawarkan PHK secara ilegal dengan alasan efisiensi.
               "Mereka ditawarkan pesangon tapi setengahnya. Ini ilegal. Ini berdasarkan laporan yang saya terima,"
               ujarnya.

               Terpisah, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menyebut, Omnibus Law
               RUU Cipta Kerja menghilangkan pesangon untuk para pekerja. Pekerjaan kontrak juga bisa diterapkan
               di  semua  pekerjaan. "Dalam  draf  RUU  Cipta  Kerja menghapus  pasal  59 UU 13  tahun  2003,  yakni
               mengenai perjanjian kerja untuk waktu tertentu. Dengan demikian kerja kontrak bisa diterapkan di
               semua jenis pekerjaan," katanya dalam konferensi pers, kemarin.
               Ia mengemukakan bahwa dalam draf RUU tersebut juga disebutkan tidak ada batasan waktu untuk
               kontrak kerja.  Dengan begitu kontrak kerja bisa dilakukan seumur hidup sehingga pekerja tetap akan
               semakin langka. "Karena statusnya kontrak kerja, bisa dengan mudah dilakukan pemutusan hubungan
               kerja (PHK) dengan alasan habis kontrak dan kemungkinan tidak ada lagi pesangon, karena pesangon
               hanya untuk pekerja tetap," kata Said Iqbal, yang juga salah satu pengurus pusat Organisasi Buruh
               Internasional  (ILO)  di  bawah  naungan  Perserikatan  Bangsa-Bangsa,  (ILO  Governing  Body-United
               Nation) itu.

               Selain  itu,  pengusaha  dapat  mudah  melakukan  pemutusan  hubungan  kerja  (PHK)  dengan  alasan
               selesainya suatu pekerjaan. Pengusaha dapat melakukan PHK semena-mena memakai alasan efisiensi.
               "Akibatnya,  pengusaha  bisa  gampang  melakukan  PHK  dengan  atau  efisiensi  karena  order  atau
               pekerjaannya  sudah  habis.  Sedangkan  bagi  pekerja  kontrak  yang  di  PHK  karena  selesainya  suatu
               pekerjaan, padahal masa kontraknya belum berakhir, tidak lagi mendapatkan hak sesuai dengan sisa
               kontraknya. Tetapi hanya mendapatkan kompensasi," katanya.
               Ia menegaskan, bahwa kompensasi hanya diberikan kepada pekerja yang memiliki masa kerja paling
               sedikit satu tahun. Hal itu, kata Iqbal, akan mendorong perusahaan untuk mempekerjakan pekerja
               kontrak kurang dari satu tahun.
               "Pilihan  enam  hari  kerja  dan  tujuh  hari  kerja  dihapus,  sehingga  memungkinkan  pengusaha  untuk
               mengatur jam kerja secara fleksibel," kata anggota tim perumus Undang-Undang No 13 Tahun 2003
               tentang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang No 2 Tahun 2004 tentang Pengaduan Perburuhan itu.
               Hal itu, dikarenakan dalam draf RUU tersebut hanya disebutkan waktu kerja paling lama delapan jam
               dalam satu hari dan 40 jam dalam satu pekan. "RUU ini membuka kemungkinan pekerja dipekerjakan
               tanpa batasan waktu yang jelas, sehingga kelebihan jam kerja setelah sehari bekerja delapan jam tidak
               dihitung lembur," tambah Iqbal. (cnn/kmp/udi)

               caption:

               RUU CIPTA KERJA: Presiden KSPI Said lqbal menyebut RUU Cipta Kerja menghilangkan pesangon untuk
               para pekerja.
   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116