Page 159 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 DESEMBER 2020
P. 159

neutral - Ridwan Wahyudi (Manajer Program Pusat Sumber Daya Buruh Migran Infes) Inisiatif
              ini sudah banyak dilakukan di berbagai desa, misalnya desbumi atau desmigratif


              Ringkasan

              Puluhan ribu Buruh Migran Setiap tahun, puluhan ribu buruh migran perempuan mendatangi
              negara-negara tujuan, berbekal impian ingin mengubah ekonomi keluarga di kampung halaman.
              Menurut  data  Badan  Perlindungan  Pekerja  Migran  Indonesia,  ada  8.925  buruh  migran
              perempuan dari total 10.395 tenaga kerja Indonesia pada periode November 2020. Jumlah ini
              menurun ketimbang periode November 2019 (15.371 pekerja migran perempuan), kemungkinan
              karena dunia saat ini menghadapi pandemi COVID-19.

              Jumlah  itu  adalah  hitungan  resmi  terdaftar,  artinya  mereka  bekerja  ke  luar  negeri  dengan
              prosedur legal. Setiap tahun, lalu lintas perdagangan orang terekam oleh otoritas resmi. Tahun
              lalu  saja,  Kementerian  Luar  Negeri  Indonesia  mengidentifikasi  ada  259  kasus  perdagangan
              orang.

              Kendati  setiap  tahun  ribuan  masyarakatnya  mencari  peruntungan  ekonomi  ke  luar  negeri,
              pemerintah daerah Ponorogo belum memiliki peraturan khusus yang mengatur pekerja migran.

              Kepala Dinas Tenaga Kerja Ponorogo, Bedianto, berkata perda itu "sedang digodok". Namun,
              apa yang dimaksud Bedianto sebetulnya Rancangan Perda Nomor 9 tentang larangan bercerai
              bagi pekerja migran.



              BURUH MIGRAN PEREMPUAN RENTAN JADI KORBAN PERDAGANGAN ORANG

              Pada 2019, Kementerian Luar Negeri Indonesia mengidentifikasi ada 259 kasus perdagangan
              orang.
              "Saya  sempat  mau  bunuh  diri,"  ujar  Utari,  bukan  nama  sebenarnya,  warga  Ponorogo  yang
              menjadi korban perdagangan manusia. Ia berniat melompat dari lantai tujuh apartemen saat
              tahu disuruh melayani tamu di tempat karaoke.

              Apartemen itu terletak di dekat Stasiun Utama Taipei, pusat kota Taiwan. Ia terdampar di salah
              satu unit di lantai tujuh, di dalamnya ada tiga kamar tidur, satu kamar mandi, satu dapur, dan
              satu ruang tamu, bersama empat belas perempuan lain. Utari hanya tahu belasan perempuan
              itu berasal dari Kalimantan dan sudah lebih dulu berada di "tempat penampungan" tersebut.
              Kantor agen yang merekrut mereka berada di lantai satu apartemen.

              Utara tiba di sana setelah menjalani seluruh proses yang sangat cepat. Lima belas tahun lalu,
              seorang kenalannya mengajak dia bekerja di Taiwan. Ia percaya begitu saja karena tiga tahun
              sebelumnya, pengalaman dia pertama kali sebagai buruh migran, juga diajak temannya yang
              menikah dengan pria asal Jepang. Utari bekerja di salah perusahaan di Jepang dan harus pulang
              ke Indonesia karena izin kerjanya selama tiga tahun sudah habis.

              Berbekal  ajakan  temannya  pula  ia  berangkat  ke  Jakarta.  Hanya  beberapa  hari  menginap  di
              penampungan, dijanjikan bakal bekerja di rumah tangga tapi tanpa pelatihan bahasa Mandarin,
              Utari  berangkat  ke  Taiwan.  Ia  bahkan  sama  sekali  tak  curiga  ketika  pihak  agen--yang
              kemungkinan ilegal--meminta dia membawa pakaian model terbuka.

              "Saya enggak mikir aneh-aneh saat itu," katanya. Tapi ia tak menuruti permintaan itu karena ia
              tak punya baju seksi. Pihak agen memberikan ponsel untuknya.


                                                           158
   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163   164