Page 43 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 25 FEBRUARI 2020
P. 43

Harapan saya, ayo kita duduk bersama. Pemerintah sekarang memfasilitasi dan
               membentuk tim tripartit yang membahas substansi RUU Cipta Kerja ini. Kemudian
               kita juga akan melakukan komunikasi publik bersama. Kita juga mengajak teman-
               teman untuk membahas peraturan pelaksana dalam UU ini. Nanti kan aturan ini
               banyak sekali memerintahkan dengan lebih detail melalui Peraturan Pemerintah (PP)
               atau mungkin Peraturan Presiden (Perpres). Untuk membahas PP misalnya, teman-
               teman kita ajak untuk duduk bersama.

               Jadi ruang untuk melakukan perbaikan itu terbuka sekali. Ini kan baru draft RUU,
               belum menjadi UU. Saya kira ini penting saya sampaikan. Saya memahami kalau
               ada yang belum paham, saya memahami betul. Dan setelah mengetahui kemudian
               masih ada hal-hal yang belum sesuai dengan aspirasinya, maka ruangnya juga
               dibuka.

               Dari awal sebelum draft diserahkan ke DPR, setiap yang bermunculan kok
               disebutnya kami (buruh) tidak diajak bicara?

               UU itu kan memang kami harus mengkonsolidasikan. Kami itu Menteri
               Perekonomian ya, pemerintah. Kami mengkonsolidasikan 11 Kementerian, kami
               harus mengkonsolidasikan sekian UU. Jadi kami butuh waktu untuk
               mengkonsolidasikan. Kan nggak mungkin barang belum jadi sudah dilempar ke
               publik. Malah akan menimbulkan keributan baru. Jadi diselesaikan dulu, setelah
               selesai kami buka ruang publik, kami berikan ke DPR. Di situlah ruang terbuka.

               Saya ingin katakan lagi, ini kan draft RUU. Jadi meskipun begitu, sebelum menjadi
               draft dalam konteks isu ketenagakerjaan kami mengundang teman-teman serikat
               pekerja, serikat buruh, kami mengundang teman-teman Asosiasi Pengusaha
               Indonesia (Apindo), kami mengundang akademisi, praktisi ketenagakerjaan. Itu
               sudah kami mulai sejak November, Desember, kita belanja masalah. Kita
               mendiskusikan. Memang belum menjadi UU, kami masih menginventarisir, belanja
               masalah lah begitu.

               Kita mendiskusikan tentang Upah Minimum (UM), kita mendiskusikan tentang
               pesangon, waktu kerja, dan seterusnya. Itu sudah kita mulai. Saya tidak tahu
               apakah ini tidak dianggap sebagai keterbukaan? Memang belum UU, karena kami
               masih belanja masalah. Sambil mengkonsolidasi antar-Kementerian/Lembaga.

               Pemerintah dianggap mengambil belanja masalah dari sisi pengusaha.
               Dari kalangan buruhnya agak kurang?

               Kami punya notulensi setiap rapat. Setiap proses itu pelibatannya tripartit. Ada
               Apindo yang merepresentasikan para pengusaha, dan teman-teman yang
               merepresentasikan serikat pekerja. Ada kok notulensinya, semua ada. Bahkan,
               notulensi pandangan dari para akademisi juga ada.

               Kalau serikat pekerja atau buruh sudah diajak bicara kenapa masih ada
               keributan?



                                                       Page 42 of 125.
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48