Page 63 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 SEPTEMBER 2021
P. 63
Judul Ironi Pengangguran Terdidik Kita
Nama Media harianbhirawa.co.id
Newstrend Tingkat Pengangguran Terbuka
Halaman/URL https://www.harianbhirawa.co.id/ironi-pengangguran-terdidik-kita/
Jurnalis Helmi Supriyatno
Tanggal 2021-09-20 19:12:00
Ukuran 0
Warna Warna
AD Value Rp 7.500.000
News Value Rp 22.500.000
Kategori Ditjen Binapenta
Layanan Korporasi
Sentimen Negatif
Ringkasan
Salah satu masalah mendasar yang dihadapi bangsa ini adalah meningkatnya jumlah
pengangguran, terutama pengangguran kaum terdidik. Betapa tidak, berdasarkan data Survei
Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2020 menunjukkan Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) diisi 79,5 persen lulusan SMA/SMK, 20,4 persen lainnya adalah lulusan perguruan tinggi.
Data ini mengonfirmasikan bahwa berhasil menamatkan sekolah dengan pendidikan tinggi,
dalam hal ini SMA/SMK ke atas, tidak menjamin kemudahan mendapatkan pekerjaan. Alhasil,
pengangguran terdidik di Indonesia masih tergolong tinggi.
IRONI PENGANGGURAN TERDIDIK KITA
Salah satu masalah mendasar yang dihadapi bangsa ini adalah meningkatnya jumlah
pengangguran, terutama pengangguran kaum terdidik. Betapa tidak, berdasarkan data Survei
Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2020 menunjukkan Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) diisi 79,5 persen lulusan SMA/SMK, 20,4 persen lainnya adalah lulusan perguruan tinggi.
Data ini mengonfirmasikan bahwa berhasil menamatkan sekolah dengan pendidikan tinggi,
dalam hal ini SMA/SMK ke atas, tidak menjamin kemudahan mendapatkan pekerjaan. Alhasil,
pengangguran terdidik di Indonesia masih tergolong tinggi.
Pertanyaan yang muncul adalah, apa penyebab melonjaknya angka pengangguran terdidik kita?
Dari wacana publik yang berkembang saat ini, setidaknya ada tiga penyebab utama, yakni
fenomena parasit lajang, informalisasi pasar serta anggapan adanya ketidaksesuaian pendidikan
yang ada dengan kebutuhan pasar kerja.
Pertama fenomena parasit lajang, menurut pakar ekonomi, Profesor Aris Ananta (2017) dari
National University of Singapore, merupakan sebutan bagi para generasi muda yang manja dan
terlalu bergantung pada orang tua dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Dengan kata lain
adanya jaminan kelangsungan hidup meski mereka tidak bekerja. Karenanya, bagi sebagian
besar dari mereka, tidak bekerja seolah tidak menjadi sebuah masalah besar.
Kedua, informalisasi pasar kerja dan tidak sesuainya antara pendidikan dengan kebutuhan pasar
kerja. Hal ini dapat kita lihat dengan semakin sempitnya lapangan kerja pada sektor formal. Ciri
62