Page 204 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 DESEMBER 2021
P. 204

GUBERNUR BANTEN TETAP KONSISTEN DENGAN PUTUSAN UMK TAHUN 2022

              Pandeglang - Gubernur Banten Wahidin Halim (WH) akan tetap konsisten dengan keputusannya
              mengenai  penetapan  besaran  Upah  Minimum  Kabupaten/Kota  (UMK)  2022  yang  sudah
              ditetapkannya beberapa waktu yang lalu.

              Penetapan  UMK  yang  sudah  disahkan  dengan  Surat  Keputusan  (SK)  Gubernur  Nomor
              561/Kep.282-Huk/2021  itu  sudah  berdasarkan  hasil  pembahasan  antara  perwakilan  buruh  di
              dewan  pengupahan  dengan  pihak  perusahaan  yang  tergabung  dalam  Asosiasi  Pengusaha
              Indonesia (Apindo).

              "Posisi Pemprov Banten tentu hanya sebagai fasilitator saja, karena yang menentukan besaran
              kenaikan itu mereka yang kemudian diperkuat dengan SK," kata Gubernur Banten Wahidin Halim
              usai membuka Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil di Gedung Badan Pengembangan
              Sumber Daya Manusia Provinsi Banten, di Pandeglang, Selasa.

              Besaran kenaikan upah itu, kata Wahidin, mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) nomor 36
              tahun 2021. Dimana di dalam PP itu jelas disebutkan formulasi untuk besaran UMK dan UMP.

              "Tentunya juga mempertimbangkan berbagai hal, seperti kondisi perekonomian daerah, inflasi
              dan lain-lain," kata dia Menurut Wahidin, besaran UMK 2022 yang sudah ditetapkan merupakan
              angka minimal yang harus menjadi acuan para pengusaha dalam menetapkan upah.

              Biasanya, buruh yang menerima upah minimal adalah mereka yang baru bekerja 0 hingga 1
              tahun.

              "Sementara, pekerja yang sudah lebih dari satu tahun bekerja, gajinya bisa lebih besar dari itu,"
              katanya.

              Masih terkait dengan penetapan UMK, Gubernur Banten mengaku tidak memihak atau membela
              kepentingan  salah  satu  pihak,  tetapi  lebih  karena  pertimbangan  komprehensif,  seperti
              bagaimana agar investasi tetap berjalan, menciptakan kondusivitas, masyarakat mendapatkan
              pekerjaan, dan mendapatkan gaji atau penghasilan.

              "Saya  tidak  mempunyai  kepentingan  apapun  dengan  pengusaha.  Kepentingan  saya  cuma
              bagaimana membuat iklim investasi di Banten ini terjaga dengan baik. Karena kalau sudah baik,
              maka dampak positifnya tentu akan dirasakan oleh masyarakat juga," Wahidin menegaskan.

              Terkait dengan rencana mogok kerja yang dilakukan oleh buruh, Wahidin Halim mengatakan,
              perlu  mempertimbangkan  banyak  hal  dan  risikonya.  Ia  mencontohkan,  jika  mogok  kerja
              berlama-lama dan jika pengusaha memindahkan usahanya ke daerah lain maka akan banyak
              pihak yang menerima risikonya dan angka pengangguran akan kembali bertambah.

              "Tentu mereka (buruh) juga yang akan menerima dampak negatifnya kalau para pengusaha di
              Banten banyak yang melakukan eksodus ke daerah lain," katanya.

              Saat ini, kata Wahidin, pihaknya juga sedang terus berupaya mengatasi pengangguran. Salah
              satunya dengan terus berupaya mengundang investor untuk menanamkan modalnya di Banten.
              Hal itu dilakukan dalam rangka mengentaskan pengangguran.

              Masih banyak masyarakat yang memerlukan pekerjaan, katanya. Sebelumnya buruh di Banten
              kembali  melakukan  aksi  unjuk  rasa  di  KP3B  memprotes  kebijakan  gubernur  Banten  atas
              penetapan UMK 2022 yang dinilai tidak sesuai dengan tuntutan buruh.

              Uploader : Angga Pramana.


                                                           203
   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208   209