Page 13 - Proyek E-Book Interaktif 3_Neat
P. 13
BAB II
Gubernur Jenderal yang Diharapkan : Masa Gubernur Jenderal A.W.L. Tjarda
tahun 1936-1941
A. Sebuah Harapan
Kondisi politik internasional yang kian panas dan bergejolak mendorong
pemerintah Belanda mengangkat gubernur jenderal yang dinilai cocok dengan situasi
tersebut. Gubernur jenderal yang memiliki latar belakang diplomatik yang diharapkan
mampu merespon gejolak politik internasional yang kian memanas. Pilihan pemerintah
Belanda jatuh ke seorang diplomat muda yang cukup berpengalaman yang bernama
Alidius Warmoldus Lambertus Tjarda van Starkenborgh-Stachouwer yang lebih dikenal
sebagai A.W.L. Tjarda atau Gubernur Jenderal Tjarda. Rekam jejaknya sebagai diplomat
terbilang cukup banyak, misalnya menjadi atase kedubes Belanda di Washington DC
(Amerika Serikat), Pernah bekerja di Kedubes Belanda untuk Perancis dan menjadi
sekretaris umum delegasi Belanda dalam Washington Naval Conference (WNC) tahun
1921. Pengalaman Tjarda yang begitu banyak dalam dunia diplomasi membawa harapan
besar bagi pemerintah Belanda guna mempertahankan koloninya dalam carut marut
politik internasional yang semakin panas dan tidak menentu.
Pemerintah Belanda bukan lah satu-satunya pihak yang menaruh harapan besar
kepada Tjarda, melainkan juga para tokoh pergerakan. Banyak kalangan di dalam
pergerakan memberikan persamaan antara Tjarda dengan Stirum yang sama-sama
berasal dari kalangan diplomat dan dianggap liberal serta reformis sehingga diharapkan
dapat memberikan konsesi atau kelonggaran terhadap kaum pergerakan. Sjahrir
merupakan salah satu tokoh pergerakan yang menaruh harapan besar terhadap Tjarda
terkait hubungan dan kerjasama dengan kaum pergerakan hingga perubahan-perubahan
positif yang akan dilakukan. Dunia pers pun menuliskan harapan dan dapat dikatakan
tidak ada yang memberikan kritikan pedas terhadap pengangkatan Tjarda sebagai
Gubernur Jenderal. Adanya harapan baik dari pemerintah Belanda, kaum pergerakan
hingga pers menegaskan adanya perbedaan yang saling bertolak belakang antar Tjarda
dan de Jonge.
Gubernur Jenderal Tjarda resmi dilantik di Belanda pada tanggal 24 Agustus 1936
di istana Paleis Het Loo, Apeldoorn. Dalam pelantikannya, Gubernur Jenderal Tjarda
mengucapkan janji kepada Ratu WIlhelmina bahwa dalam masa jabatan Tjarda maka
wilayah koloni Hindia Belanda akan tetap utuh. Selepas pelantikan di Belanda, Tjarda
kemudian berangkat ke Hindia Belanda menggunakan kapal Johan van Oldenbarnevelt
pada tanggal 27 Agustus 1936 guna melakukan serah terima jabatan di Hindia Belanda
tanggal 16 September 1936. Selepas dilantik, Gubernur Jenderal Tjarda menghadapi
berbagai masalah yang kemudian mengharuskannya mengambil langkah konservatif
namun juga tetap mengakomodir kepentingan kaum pergerakan.
12