Page 247 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 247
adeganadegan perang di mana benteng Belanda diserbu dari
darat dan laut. Prajurit Belanda kalang kabut. Prajurit Sultan
gagah berani meski sebagian mati.
Tapi sebelum itu, sekarang adalah bagian pertama yang
mendebarkan anakanak. Siapa di antara mereka yang akan
dipilih untuk menjadi Sultan Agung Mataram? Semua anak
ingin jadi pahlawan. Tapi diamdiam mereka tahu, karena ini
adalah sebuah sandiwara, hanya anak yang paling rupawan
dan memiliki kharisma panggunglah yang akan menjadi sang
panembahan. Pilihan mengerucut kepada dua: Jati, yang le
bih jangkung, dan Kupu, yang lebih muda. Sesungguhnya,
Jati lebih menonjol dalam hal apapun. Ia lebih besar, lebih
berwibawa, dan kulitnya lebih terang, sebab ia tidak bertani
tidak menyadap nira dan tidak memacul batubatu gunung.
Kulit terang adalah nilai plus di desa ini.
Jati menyimpan keinginannya untuk menjadi pahlawan.
Ia tahu kebanyakan mata tertuju padanya. Ia telah biasa
dengan itu. Ia tahu bahwa ia sangat berbeda dari anakanak
lain. Bukan hanya karena ia jangkung dan rupawan seperti
anak kota, berkat gizi dan perawatan yang baik selain karena
bawaan. Tapi juga karena ia mendapatkan pendidikan privat
yang mampu bersaing dengan sekolah elit di kota. Pendidikan
yang didapatkannya di rumah, di Padepokan Suhubudi. Ia
adalah satusatunya anak yang sudah mengenal bahasa Inggris.
Ia telah membaca novelnovel klasik dunia dalam versi anak
anak. Don Quixote. Tom Sawyer. Uncle Tom’s Cabin. Juga
Mitologi Yunani. Ia membaca Revolusi di Nusa Damai, Robert
Anak Surapati, Mumi Dinasti Kurulik, Senopati Pamungkas,
Winnetou, Musashi, dan lainlain judul. Jati tahu bahwa
dengan atau tanpa pengakuan orang, ia adalah bintang di
sekolah ini. Bukan kelasnya bersaing di tempat ini. Ia tak butuh
pengakuan lagi. Karena itu ia menenggelamkan hasratnya
untuk menjadi pahlawan sandiwara. Ia duduk dengan wajah
23