Page 257 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 257
yang menetap dan mengawini putriputri kota bandar di pesisir
Utara. Orang Jawa yang lebih purba tersisa di pedalaman
pegunungan Kidul di selatan.
Parang Jati dan Kupukupu adalah anak dari ratusan tahun
percampuran itu. Suhubudi, Nyi Manyar, Kades Pontiman,
Penghulu Semar, juga lelaki yang mati digigit anjing gila itu,
serta banyak muridmurid sekolah, mereka barangkali masih
menyimpan darah manusia wajak. Manusia Trinil. Homo
soloensis. Homo wajakensis.
*
Sekarang, beginilah kisah penyerangan benteng Belanda
oleh pasukan Sultan Agung Mataram, yang di tubuhnya meng
alir darah Jawa dan mancanegara.
Dikisahkan bahwa gamelan bertalutalu, bergaung pada
dinding balairung. Dari pintu di kanan dan kiri, masuklah
barisanbarisan. Para prajurit dari kesatuan yang berbeda.
Begitu dua pasukan selesai mengatur diri, berbaris rapi meng
hadap ke depan, masuk lagi dua pasukan berikutnya. Tak
berapa lama, balairung pun penuh prajurit yang membawa
tombak, lembing, panah, sumpit, gada, dan bambu runcing.
Mereka memamerkan sebuah tarian perang sebelum musik
berubah pelan.
Dengan iringan gamelan yang magis, masukkah Sultan
Agung Mataram ke tengah balairung. Prajuritprajurit me
nyembah. Sultan bertepuk satu kali lalu mengangkat tangan.
Para prajurit tegak kembali. Sultan membalik badan. Rahang
nya terkatup tegang, kepalanya menganggukangguk pelan. Ia
mengenakan jubah putih, kasut bertalitali, dan rompi warna
kulit. Membelakangi para prajurit, ia berseru ke langitlangit.
“Orang-orang kafir telah menguasai Jakarta.” Suaranya
bergetar, demikian pula tangannya yang menunjuk ke kiri.
2