Page 258 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 258
“Ya! Belanda telah membangun benteng di pelabuhan Sunda
Kelapa. Pangeran Fatahillah telah dikalahkan oleh Belanda.
Kemarin ada utusan dari Jakarta. Meminta bantuan kepada
Mataram untuk mengusir Belanda dari negeri ini.”
“Panggil adikku Adipati Mandura!”
“Hamba, Tuanku.” Seorang patih berunjuk sembah.
Sang Patih mengundurkan diri untuk segera kembali
bersama Adipati Mandura. Kedua lelaki itu menundukkan
badan rendahrendah. Lalu Sultan Agung Mataram memerin
tahkan Adipati untuk memimpin serangan ke Jakarta.
Serbuan akan dilakukan dari dua arah. Dari darat dan dari
laut. Tujuannya menjepit benteng Belanda. Prajurit dari pe
sisir—Surabaya, Sampang, Gresik, Lamongan, Lasem, Tuban,
Jepara, Demak, Kendal, Batang, Tegal, dan Cirebon—akan
berarakarak, sambutmenyambut, dengan kapal layar. Mereka
membawa meriam. Sedangkan pasukan dari pedalaman—Ma
taram, Brebes, Alas Roban, Gembong—akan memukul dari
daratan.
Maka tampaklah, para prajurit berbaris dua lapis di atas
panggung. Yang di belakang menandu kapalkapalan dan
memainkannya bagai terkena gelombang. Layarnya berkibar
an, merah dan putih. Yang di depan berjalan derapderap,
menggambarkan pasukan yang berada di darat.
Ganti babak.
Babak berikutnya adalah suasana di dalam benteng VOC.
Satu persatu anakanak yang bongsor muncul di panggung.
Mereka memakai bedak dingin dengan gincu lebar serta ram
but kuncung seperti Petruk. Tentu dengan seragam tentara.
Digambarkanlah, gerombolan Petruk berseragam tentara itu
sedang mabuk dan berjudi. Mereka tertawa keraskeras sambil
memegang kartu di tangan kiri dan botol di tangan kanan.
Inilah gambaran orang-orang kafir tak bermoral.
Tibatiba masuklah Kapiten Mur Jangkung. Sang kapiten
2