Page 345 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 345

Perempuan  itu  tersenyum.  Dengan  senyumnya  dan  de­
                 ngan matanya. Seperti berkata, marilah! Terjadilah pada kita
                 seperti yang ia kehendaki.
                     Lelaki  muda  itu  ingin  berontak.  Ia  ingin  meruntuhkan
                 tenda sirkus ini seperti Samson merubuhkan tiang tempat ia
                 dibutakan, dianiaya, dan dipertontonkan atas persekongkolan
                 Delila.


                     Pintu  ke  arena  telah  dibuka.  Dari  lorong  yang  gelap  ia
                 mendengar  musik  dan  orang  bersorak­sorak.  Ia  dan  perem­
                 puan  itu  telah  dipersiapkan  selama  beberapa  tahun  untuk
                 adegan ini. Kini tibalah saatnya. Untuk dipertontonkan kepada
                 khalayak. Mereka haus akan keanehan.
                     Ia mendengar cambuk meletus di udara. Ia melihat dirinya
                 sebagai  macan  sirkus.  Dan  perempuan  itu  kuda  putih  yang
                 cantik.  Ayahnya  menunggang  di  sana.  Tanpa  pelana.  Meng­
                 acung­acungkan  lecutnya.  Mengusap  atau  memukul  paha  si
                 kuda sebagaimana ia suka. Penonton mengagumi dia, si hari­
                 mau sirkus yang gagah. Tapi penonton lebih lagi mengagumi
                 sang  penunggang  kuda.  Sebab  setiap  kali  ia  menghentakkan
                 pecut,  si  harimau  sirkus  gemetar  dan  menurut.  Hewan  itu
                 bisa  berakrobat,  berdiri  di  dua  kaki,  bergelantung  pada  tali,
                 melompati lingkaran api. Ia tak berdaya. Meski ia yang paling
                 anggun  di  antara  hewan­hewan  lain:  gajah,  badak,  kadal,
                 buaya,  gorila,  dan  marmoset­marmoset  mini.  Mereka  semua
                 binatang  buruk  rupa.  Hanya  satu  yang  cantik  selain  dia.  Si
                 kuda  putih  yang  ditunggangi  ayahnya.  Kuda  putih  yang  kelu
                 bagaikan domba. Kuda putih itu memandang kepadanya. Dan
                 ia memandang kepadanya pula. Mata mereka lembut. Di da­
                 lamnya, mereka tahu, ada yang sama­sama meleleh.

                     Ketika  sirkus  selesai,  rombongan  itu  berkemas­kemas
                 dan  pulang.  Ke  penginapan  tempat  mereka  menanggalkan


                                                                        33
   340   341   342   343   344   345   346   347   348   349   350