Page 374 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 374

“Jika  ia  muncul,  ia  akan  membaung  dari  puncak  Watu­
               gunung…” Aku menirukan suara anjing mengaum.
                   Tiba­tiba angin bertiup keras. Seperti menjawab suaraku.
               Kami  mendengar  lolongan  itu.  Sayup­sayup  dari  ketinggian
               Watugunung.  Kudukku  meremang  bersama  desir  yang  pergi
               ketika  aku  berhasil  menguasai  diri.  Aku  segera  menyimak
               ekspresi  Parang  Jati.  Ia  menoleh  dan  memandang  ke  arah
               bukit, sebentar, seperti menakjubi betapa momen bisa begitu
               tepat.  Ia  tersenyum  dengan  satu  sudut  bibirnya.  Aku  tak
               mendapatkan tanda apa­apa.
                   Marja menempelkan tubuhnya padaku. Wajahnya pucat.
               Aku  ingin  menggodanya.  Tapi  entah  kenapa  aku  menahan
               diri.  Barangkali  ada  rasa  khawatir  pada  diriku,  bahwa  jika
               aku  menggoda  pacarku,  ia  mendapat  alasan  untuk  meminta
               perlindungan dari sahabatku. Adakah aku mulai cemburu. Aku
               tak  merasa  persis  begitu.  Aku  tahu  Marja  menyukai  Parang
               Jati, sebagaimana aku menyukai sahabatku itu. Aku hanya tak
               senang jika aku dan Parang Jati diletakkan berlawan­lawanan.
               Aku pun tahu bahwa Parang Jati menyukai Marja, sebagaimana
               aku  menyukai  kekasihku  itu.  Aku  juga  tahu  bahwa  kedua­
               duanya menyukai aku, seperti aku menyukai keduanya.
                   Wajah Marja sungguh­sungguh  pucat. Ia memaksa kami
               untuk  tidur  sekarang  juga.  Ia  nyaris  tidak  berani  pergi  sikat
               gigi, meskipun itu hanya di sebelah tenda. Aku bertanya ada
               apa,  tapi  ia  hanya  bilang  bahwa  ia  tiba­tiba  ketakutan  dan
               ingin  dikeloni.  Kami  menyusup  kembali  ke  dalam  kemah.  Ia
               meminta aku dan Parang Jati tidur telentang dengan sebelah
               tangan masing­masing menjadi perisai bagi dirinya dari kanan
               dan kiri. Malam itu ia menolak ajakan bercintaku. Ia tertidur
               dengan  satu  tangan  memegang  siku  tanganku,  satu  tangan
               memegang  siku  tangan  sahabatku.  Dan  posisi  itu  membuat
               jemariku menggenggam jemari sahabatku.


            3
   369   370   371   372   373   374   375   376   377   378   379