Page 379 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 379

(17/10)  bersikukuh  fosil  di   Nasional Emanuel Wahyu Sap­
                  Flores bukan spesies baru, me­  tomo.
                  lainkan bagian dari subspesies   Wahyu  memimpin  tim  da­
                  Homo sapiens dengan ras Aus­  ri Puslitbang untuk penelitian
                  trolomelanesid.             lanjutan  di  Goa  Liang  Bua.
                     “Perbedaan pendapat suatu   Fokus penelitian untuk menge­
                  hal  yang  wajar  sebab  persoal­  tahui  secara  keseluruhan  ka­
                  an  fosil  tersebut  (Homo  flo­  rakteristik  Liang  Bua  sebagai
                  resiensis) belum final,” ujar staf   situs  hunian,  mulai  dari  fase
                  peneliti  dari  Pusat  Penelitian   penghunian awal hingga akhir
                  dan  Pengembangan  Arkeologi   prasejarah. (SEM)




                     Pada hari itu istilah “orang katai” belum dipakai. Ilmuwan
                 Australia  yang  berdiri  di  sebelah  meja  tempat  memajang  si
                 Tuyul Boy itu menggunakan kata “hobbit”—yang berasal dari
                 khazanah  sastra  Barat.  Dari  dongeng  J.R.  Tolkiens,  yang  di
                 dalamnya  terdapat  kaum  manusia  kecil,  bangsa  hobbit.  Ia
                 memakai  “hobbit”  bergantian  dengan  sebutan  generik  dalam
                 bahasa  Inggris:  gnome,  goblin,  elf.  Kurcaci,  katai,  dalam  ba­
                 hasa Indonesia.
                     “Fakta bahwa dalam setiap bahasa ada kata spesifik untuk
                 manusia mini seharusnya dibaca dengan lebih teliti,” seorang
                 linguis peserta diskusi berkata.
                     Kita  harus  membaca  folklor  dengan  kacamata  baru.  Ke­
                 lak  Parang  Jati  membantu  aku  mengerti  diskusi  hari  itu.
                 Yaitu, dengan kacamata yang tidak modernis, melainkan post­
                 modernis.  Kacamata  modernis  adalah  cara  pandang  rasional
                 yang congkak dan menganggap segala yang tak bisa dibuktikan
                 sebagai isapan jempol. Dengan teropong semacam ini, dongeng
                 menjadi  olok­olok,  sekadar  kisah  fantasi  yang  hanya  cocok
                 bagi anak­anak dan orang desa nan takhayuli. Cerita tentang
                 kurcaci,  orang  katai,  juga  para  raksasa  dianggap  khayalan
                 nenek-moyang yang tak bisa membedakan fakta dan fiksi.


                                                                        3
   374   375   376   377   378   379   380   381   382   383   384