Page 382 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 382
terlalu kita mengerti lagi. Karena bahasa itu mungkin tidak kita
mengerti, maka kita tahu kita bisa salah mengerti. Karena kita
tahu bahwa kita bisa salah, maka kita menjadi waspada. Eling
lan waspada, kata orang Jawa.
Eling lan waspada. Sikap ini, jika diterapkan dalam
membaca tandatanda, akan membuat kita tidak menerima
segala sesuatu mentahmentah. Sekaligus tidak menolak segala
sesuatu mentahmentah. Bukan, bukan berarti bingung atau
pun bimbang karena tak bisa menentukan sikap. Melainkan,
berani menunda kebenaran. Berani hidup dengan kebenaran
yang tertunda.
Maka, ada waktuwaktu ketika dongengdongeng itu tam
pak seperti benar. Meski demikian pun, kita harus waspada
untuk tidak sertamerta bersorak kegirangan. Kita harus tetap
sabar dan rela bahwa kebenaran itu selalu bisa tertunda.
Karena buktibukti selalu bisa diperbarui sementara kitab
kitab tua berdiam diri. Demikianlah, agar kita jangan gampang
terguncang.
Begitulah. Teori evolusi terus berkembang. Pada awalnya
para ilmuwan percaya bahwa evolusi berjalan satu garis. Arti
nya, dari kera pelanpelan menjadi manusia. Di sini Dubois
yang pergi ke Tanah Jawa percaya bahwa di sebuah titik ada
mata rantai evolusi yang menentukan. Yaitu, momen ketika
kera itu memilih berdiri di dua kaki. Tingtong! Momen inilah
yang mewujudkan sang Pithecanthropus erectus.
Tapi, belakangan hari ini, para ilmuwan lebih percaya
bahwa evolusi tidak berjalan dalam satu rantai. Artinya, tidak
hanya ada satu jenis kera yang perlahanlahan berubah men
jadi satu spesies manusia. Melainkan, ada beberapa jenis kera
yang berevolusi dalam rentang waktu yang bersamaan, dan
menjadi beberapa spesies manusia.
3 2