Page 388 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 388
Lambang itu, Yin dan Yang, ditorehkan Parang Jati pada
pasir di kakinya di antara lingkaranlingkaran lain yang ia
buat pula di sana. Juga lingkaran Hu serupa labirin sidik jari.
Kami sedang duduk bertiga menanti munculnya ikan pelus
keramat di mataair ketigabelas. Arus berbual dan berpusar di
sebuah lekuk. Kami mencari bayangbayang yang berkelibat di
bawahnya.
“Tidakkah cantik agama Timur itu, yang suka melepaskan
hewan kembali ke alam pada harihari perayaan?” tibatiba ia
berkata, sambil seperti melamun.
Tidakkah cantik konsep yang melingkar itu. Melingkar
seperti mata rantai kehidupan. Setiap makhluk memberi dan
menjadi makanan bagi yang lain dalam jumlah secukupnya.
Tidakkah cantik bilangan yang melingkar itu. Bilangan sunya,
bilangan ananta, bilangan purna. Yin dan Yang. Harmoni yang
menghargai kontras. Hitam putih. Pria wanita. Dalam sebuah
ikatan bulat yang kuat. Di mana dalam yang satu selalu ada
yang lain.
“Marja,” panggil Parang Jati lembut ketika kami berba
ringbaring setelah bosan menunggu pelus tak datang juga. Ia
sedang berhati dalam. Kutahu dari matanya. Sinarnya seperti
kejora yang jauh.
“Hmm?”
“Apa rasanya jadi perempuan?’
“Hmm…”
“Saya sedang kagum pada sifatsifat feminin.”
“Hmm!”
Marja mengerling padaku. Ia tahu betapa aku menganggap
perempuan adalah makhluk manipulatif. Sahabatku juga ta
hu. Perempuan adalah agen dari monster uburubur di da
lam perut mereka. Berhatihatilah. Sangkuriang yang polos
menginginkan seks. Tapi Dayang Sumbi menginginkan bahtera
3