Page 403 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 403
bagaikan berkonsentrasi, kata pertama yang keluar dari mu
lutnya adalah: setuju. Ia setuju pada segala yang dikatakan
Parang Jati—seolah itu adalah das Sollen. Tetapi das Seinnya
tidak sesederhana itu, Nak Jati. Aku tahu kedua istilah itu amat
sering dipakai oleh para perwira di masa itu untuk menekankan
perbedaan antara keadaan ideal dan kenyataan lapangan:
das Sollen dan das Sein. Peristilahan lain yang kerap kude
ngar sebagai kosa kata perwira militer adalah: “situasi yang
kondusif” atau “tidak kondusif”, “mengkondisikan”, “dikondi
sikan”, “terkondisikan”.
“Keadaan krisis moneter ini membuat masyarakat terkon
disikan untuk melanggar hukum. Keadaan krisis politik menye
babkan wibawa aparat penegak hukum merosot. Akibatnya,
sementara ini memang sulit untuk membuat keadaannya lebih
terkendali. Sehingga situasi das Sein–nya kurang kondusif
untuk tercapainya das Sollen. Memang perlu penanganan yang
holistik, tak cukup hanya parsial.”
Dalam hati aku tertawa. Aku tahu Parang Jati frustasi
mendengar keterangan kepala desa Pontiman Sutalip ini. Sama
seperti aku frustasi mendengar keterangan Mbok Manyar dulu.
Mungkin kali ini gantian sahabatku yang butuh juru tafsir un
tuk menerjemahkan maksud kepala desa. Tapi ia sedang kehi
langan rasa humornya. Padahal sebelumnya ia baru bahagia.
“Ih! Pak Sutalip itu ngomongnya berbelitbelit banget. Aku
juga gak kuwat dengerinnya,” tibatiba Marja menjadi pembela
Parang Jati ketika kami berjalan bertiga lagi.
Kini kekasihku bersekongkol dengan sahabatku mela
wan aku. Mereka percaya bahwa katakata Pontiman Sutalip
memang hanya repetan tak berarti.
Nah! Aku menemukan jurus untuk mengembalikan se
rangan Parang Jati padaku dulu. Jangan kira aku tak menyim
pan persaingan lama dengannya. Aku memang telah kalah
angka banyak terhadap dia. Tapi, aku akan tetap membalas jika
ada kesempatan.
3 3