Page 404 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 404
Dulu dia bilang aku terlalu modernis, menilai segala
sesuatu berdasarkan azas fungsionalitas dan verifikasi. Kerang-
ka pikir ini membuat aku gagal memahami makna dongeng
dan kepercayaan lokal. Kerangka pikir ini membuat aku gagal
mengerti Mbok Manyar. Kini, ia sendiri melakukan hal yang
sebangun. Kerangka intelektualnya membuat ia gagal mema
hami maksud kepala desa Pontiman Sutalip.
“Kalian pikir bayi merepet tanpa niat menyampaikan
maksud tertentu?” ejekku.
“Tapi Pak Sutalip ini kan bukan bayi!” bantah Marja.
“Memang bukan bayi. Tapi kan dia birokrat dan militer!
Hayo!”
Marja dan Parang Jati terdiam.
“Jika kita mengambil kata per kata dari bunyi mulut bayi,
maka kita tak menemukan arti. Tapi jika kita mengambilnya
secara keseluruhan, lengkap dengan gerakgeriknya, maka
niscaya kita bisa mengerti.” Aku tersenyum menang mengha
dapi dua pengkhianat ini. Mereka tahu aku kurang ajar tapi
benar. “Begitulah cara mengerti bahasa bayi, binatang, dan
birokrat ataupun tuyultuyul. Jangan ambil kata per kata.”
Dengan filsuf kita memang sibuk mengerti kata per kata.
Sebab, filsuf menyampaikan konsep-konsep. Bayi, binatang,
birokrat dan tuyultuyul menyampaikan niatniat.
“Jati, aku khawatir harapanmu tentang ‘Strategi Budaya’
membuat kamu tidak bisa membaca tandatanda.” Aku me
makai bahasanya.
Ia terdiam dan tampak tak senang. Kukira ia tak nyaman
bahwa katakataku mungkin mengandung kebenaran.
“Jati, buatku pesannya jelas. Pontiman Sutalip tidak mau
mengambil tindakan apapun untuk mengubah apa yang sedang
berjalan sekarang ini. Pontiman Sutalip tidak mau mengambil
risiko.”
3