Page 487 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 487

yang masih mengenakan awer   Kasus Sewugunung
                   dan  koteka.  “Pemberadaban”   Di  masa  lalu,  hutan  dan
                   semacam  ini  didukung  oleh   kawasan  perbukitan  karst  Se­
                   ide­ide  modernis  maupun   wugunung terpelihara oleh ke­
                   monoteis. Dua­duanya percaya   percayaan lokal, yang merupa­
                   bahwa tubuh adalah alam kebi­  kan  piranti  lunak  hak  ulayat.
                   natangan manusia yang harus   Penduduk  sekitar  bahkan  per­
                   dikandangkan.              caya  pada  beberapa  titik  ke­
                     (3)  Sifat  pemisahan  pada   ramat.  Pemanfaatan  sumber
                   monoteisme yang paling nyata   daya,  karenanya,  tidak  boleh
                   adalah   konsep   mengenai   sewenang­wenang.
                   Tuhan sebagai satu. Bukan se­  Kini,  kapitalisme—melalui
                   bagai  nol,  atau  sunya,  seperti   perusahaan penambangan batu
                   dalam  agama­agama  Timur.   dan  izin  pemerintah—menafi-
                   Akibatnya,  monoteisme  seca­  kan kepercayaan tersebut. Bah­
                   ra  inheren  sulit  menerima   kan,  untuk  melemahkan  per­
                   perbedaan.  Secara  formal,   tahanan masyarakat setempat,
                   monoteisme  akan  selalu  sulit   perusahaan menggunakan juga
                   bersikap toleran. Dalam mene­  pasukan  keamanan  berbaju
                   gakkan  kebenarannya  sendiri   agama.  Mereka  memberi  stig­
                   ini,  ia  kerap  memakai  bahasa   ma  pada  praktik  lokal  sebagai
                   kekerasan.                 praktik menyembah berhala.
                     Dalam  hubungannya  de­    Dengan  demikian,  agama
                   ngan  agama  lokal  yang  ber­  telah  digunakan  sebagai  alat
                   orientasi  bumi,  praktik  mo­  untuk menjaga kepentingan di
                   dern maupun monoteis secara   luar  agama  (kapitalis).  Demi­
                   global  bergandengan  tangan   kianlah,  monoteisme,  jika
                   pula.  Kedua­duanya  meng­  membiarkan  dirinya  tidak  ta­
                   anggap  agama  lokal  sebagai   han  perbedaan  dan  tak  mau
                   takhayul  kegelapan,  ritual   mengadopsi  sikap  kritis  dan
                   sebagai  pemborosan  dan  in­  “laku­kritik” ke dalam dirinya,
                   efisiensi. Praktik modern mau-  akan  mudah  jatuh  menjadi
                   pun  monoteis  bisa  menjadi   alat  kepentingan  belaka.  Dan
                   agen  globalisme  yang  meng­  bersama­sama, “Modernisme”­
                   hancurkan kebudayaan lokal.  Militerisme­Monoteisme  akan
                                              menjadi tiga serangkai perusak
                                              bumi.
   482   483   484   485   486   487   488   489   490   491   492