Page 527 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 527

Serigala dihukum anjing gembala. Dan, setiap kali anak domba
                 itu dalam bahaya, ia akan berteriak sambil melompat­lompat
                 (seperti yang kuingat di masa kanak­kanak): Is te wulef! Is te
                 wulef! Lepsi is te wulef!
                     Setelah aku bisa bahasa Inggris, tentu yang dimaksud anak
                 domba itu adalah ini:
                     It’s the wolf! It’s the wolf! Where is the wolf?
                     Biri­biri  itu  sangat  menggoda.  Kadang­kadang  ia  seperti
                 sengaja bermain dekat serigala. Sehingga serigala yang malas
                 pun menjadi gemas. Maka menerkamlah dia.
                     Aku  tak  bisa  melupakan  sebuah  adegan.  Di  mana  biri­
                 biri itu diikat pada sebuah talenan dan dibubuki merica oleh
                 serigala jahat. Sambil terbersin, si anak domba berteriak: Is te
                 wulef! Is te wulef! Lepsi is te wulef! Di kepalaku, anjing gembala
                 itu tak pernah datang menolong. Dan akulah si anak domba itu.
                 Yang terikat dan berteriak gemas dan putus asa: Is te wulef! Is
                 te wulef! Menuju mati.
                     Aku menemukan burungku berdiri ketika menonton ade­
                 gan itu. Dan entah selama berapa tahun kemudian aku meng­
                 alami ereksi setiap kali membayangkan biri­biri kecil itu diikat,
                 dibumbui  merica,  untuk  dihabisi  oleh  serigala  dengan  liur
                 menetes dan gigi­gigi runcing.
                     Seks,  bagiku,  selalu  berhubungan  dengan  penguasaan,
                 penghabisian,  dan  kematian.  Tanpa  fantasi  penguasaan  dan
                 penihilan aku tak memiliki gairah seks. Bayangan erotis masa
                 kanak­kanak  itu  mewujud  dalam  mimpi  aneh  tentang  Bul­
                 sebul:  manusia­serigala­jantan­betina  yang  naik  ke  perutku
                 dan menggambar sebuah bilangan sambil berdesis. Bilangan
                 itu bernama fu.
                     “Dan ia menggambar lambang persis dengan yang digam­
                 bar ayahmu, Parang Jati. Hanya berbalikan arah.” Aku mena­
                 tapnya  dalam­dalam.  “Kau…  apa  kau  kenal  dia?  S..Sebul?
                 Bulsebul?”


                                                                         1
   522   523   524   525   526   527   528   529   530   531   532