Page 530 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 530

dalam  tekanan  kerja  dan  intrik.  Mereka  butuh  pelampiasan.
               Gosip  pun,  bagi  orang  yang  letih,  barangkali  melegakan  ke­
               marahan di kantor…”
                   “Alah!  C’mon,  Parang  Jati!  Sekali­sekali  tanggalkanlah
               sikap politically-correct itu! Capek, deh. Masa kamu gak bisa
               bilang  bahwa  program  gosip,  sinetron,  infotainment,  reality
               show, semua itu bukan buat orang goblog?”
                   Ia  menggeleng.  Tanpa  melihat  padaku  ia  menyahut.
               “Kamu  terlalu  memuja  kekuatan.  Kamu  tak  punya  hati  bagi
               mereka yang lemah dan letih. Keletihan bukanlah kebodohan.”
                   Aku  terdiam,  menyadari  betapa  sahabatku  sejak  kecil
               dilatih dan dibentuk untuk membangun hati pada yang terbu­
               ruk dalam bangsa manusia: para monster dan tuyul jahanam
               bermata  terbalik.  Mereka  yang  tak  cocok  untuk  pekerjaan
               apapun selain menunggu waktu mati.
                   Tapi tiba­tiba ia merangkul bahuku. Suaranya agak sedih.
                   “Sebetulnya  saya  iri  padamu,  Yuda.  Saya  iri  pada  kebe­
               basanmu.  Kamu  bisa  menertawakan  orang  yang…  bodoh,
               yang  lemah.”  Begitu  sulit  ia  mengucapkan  kata  “bodoh”.  Ia
               memandang ke depan. “Mungkin kamulah yang orang bebas.
               Saya  ini  cuma  orang  yang  mencoba  membebaskan…  entah
               apa.”
                   Di  langit,  bulan  telah  sepenuhnya  bebas  dari  bayang­
               bayang gerhana.


















             20
   525   526   527   528   529   530   531   532   533   534   535