Page 61 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 61

wajah tololku. Dengan mata bening sialannya ia berkata: apa
                 yang  sedang  kau  ingin  taklukkan,  yang  kau  anggap  sebagai
                 musuh, tak lain tak bukan adalah femininitas. Ya. Tebing batu
                 yang kau paku dan kau bor itu…
                     “Yuda. Kamu sudah biasa memaku dan mengebor perem­
                 puan di tempat tidur. Dengan tebing, pakailah cara lain.”
                     Aku ingin menonjok perutnya. Tapi ia membuatku nyengir
                 juga.

                     Aku  telah  kalah  1:2.  Sejujurnya,  aku  telah  melakukan
                 permainan  kasar,  dan  dia  mengungguli  aku  dengan  dua  kali
                 permainan halus. Aku telah membuat dia mendengarkan per­
                 mainan  cintaku.  Yang  akan  lebih  kasar  dari  itu  adalah  men­
                 jebloskan  dia  ke  pelacuran  dan  membiarkan  dia  terpatil  raja
                 singa.  Ini  bukannya  tak  pernah  kulakukan  pada  kawan  lain,
                 seorang putra daerah yang tengil­tengil­bodoh, meskipun aku
                 tak sampai hati untuk tidak membekalinya selinting kondom.
                 Sementara itu, Parang Jati membalasku dengan pengetahuan­
                 pengetahuan cerdik dan mata polos nyaris bidadari.
                     Sebagian  kekalahanku  adalah  ini:  sejak  saat  itu,  aku  tak
                 kuat mengelak, aku melihat Batu Bernyanyi­ku dalam wujud­
                 nya sebagai Garba Ibu Pertiwi. Garba Ageng. Vagina Raksasa.
                 Sejak itu aku hanya bisa menyadari dia sebagai Batu Bernyanyi
                 ketika ia sedang melantunkan lagu dan kami bergelantung pada
                 wajah  lumernya  tanpa  jarak.  Namun,  secara  utuh  ia  bukan
                 hanya  nama  Watugunung,  melainkan  lambang  femininitas—
                 Farji Raksasa—yang datang bersama nasib tragis laki­laki. Tak
                 bisa tidak, keterangan Parang Jati tentang Prabu Watugunung
                 dan Sangkuriang—kisah tragis tentang keinginan lelaki untuk
                 kembali ke garba ibunda—membuat aku memandang aku dan
                 teman­teman pemanjatku bagai segerombol lelaki yang rindu
                 bersatu  kembali  pada  Garba  Ibu  Pertiwi.  Segerombol  lelaki
                 liliput yang ingin melekatkan diri pada Vagina Nyai Gulliver.




                                                                         1
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66