Page 62 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 62
Aku mengenal kisah Sangkuriang, cerita yang berkembang
di seputar gunung Tangkuban Perahu, tentang anak lelaki yang
hendak mengawini ibunya sendiri. Ia adalah putra dari seorang
perempuan yang bersetubuh dengan seekor anjing. Dalam
kepalaku sekarang, anjing itu wujud lain si hewan moluska
anjing gila yang menempel pada semua lelaki dan menguasai
sebagian besar perilaku mereka. Moluska yang selalu mendapat
serangan rabies periodik yang menjelmakan dia anjing. Anjing
gila ini hanya bisa lega dan menjadi moluska lagi jika ia telah
memuncratkan otak kempal yang menekan kepalanya. Boleh
juga menamainya si Tumang, ayah Sangkuriang. Ya, sejak
sekarang aku akan memanggil senjataku si Tumang. Hmm,
bagus juga. Marja pasti senang.
Demikianlah. Kisah Sangkuriang adalah sejenis Oedipus
bangsa Sunda. Sangkuriang juga dikenal sebagai legenda terja
dinya gunung Tangkuban Perahu. Cerita Sangkuriang diangkat
ke layar lebar ketika aku masih balita. Aku menontonnya waktu
film itu diputar ulang di televisi, ketika aku belum bermusuhan
dengan kotak kaca ajaib itu. Pemainnya siapa lagi kalau bukan
Suzanna, bintang dekade 80an, yang mengakhiri karirnya di
akhir tahun 90an sebagai kuntilanak. Halo, selamat berjumpa
lagi, Tante Suzanna! Sudah kubilang, dia adalah prototipe
kuntilanak. Derivatifnya yang banyak sekarang—dengan nama
kuntilanak, wewegombel, sundel bolong, atau apapun—dibuat
berdasarkan model Suzanna.
Kisah ini—kisah Sangkuriang maksudku, bukan kisah
kuntilanak—dipercaya bertuah. Siapapun yang memerankan
Dayang Sumbi sang ibu dan Sangkuriang sang putra akan jatuh
cinta gawat dalam kehidupan nyata. Bukan sekadar cinlok,
melainkan sakit cinta yang tak terobati kecuali bersatu dalam
bahtera perkawinan. Percaya tidak percaya, ketika aku sudah
SMA dan mulai mendengar gosip para artis, Suzanna pun
sudah bertahuntahun hidup bahagia bersama Clif Sangra, pe
2