Page 171 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 171

berdiri di depannya. Ia belum pernah melihat gadis secantik itu seumur
              hidupnya, bahkan meskipun ia pernah melihat Dewi Ayu yang di katakan
              orang sebagai perempuan tercantik di kota itu. Ia tak tahu dengan bahan
              macam apakah Tuhan menciptakan makhluk seperti ini, sebab dari selu-
              ruh tubuhnya ia serasa melihat cahaya berpijaran. Pemandangan seperti
              itu jauh lebih membuatnya meng gigil daripada berdiri sambil bernyanyi
              selama satu jam tanpa seorang pun memberinya perhatian. Dengan bibir
              yang menggigil, ia bertanya terbata-bata, ”Siapa namamu?”
                 ”Alamanda, anak Dewi Ayu.”
                 Nama itu menyerang otaknya seperti palu. Ia melangkah me nenteng
              gitarnya seperti orang kehilangan arah. Beberapa kali ia menoleh me-
              mandang si kecil yang cantik itu, beberapa kali pula ia me malingkan
              muka seolah tak tahan oleh cahaya yang berpijaran dari tubuhnya. Ia
              baru sampai di pintu pagar rumah ketika gadis itu memanggil dan ber-
              kata padanya.
                 ”Minumlah dulu sebelum pergi, kau pasti haus.”
                 Seperti lelaki yang terhipnotis, Kliwon berbalik dan kembali ke
              beranda rumah, mengambil gelas berisi limun dingin itu dan me mi-
              num  nya sementara si gadis berdiri sambil tersenyum penuh ke ha ngatan.
                 ”Hanya karena kau yang buat, Nona Kecil, aku meminumnya,” kata
              Kliwon sambil meletakkan gelas kosong kembali di atas meja.
                 ”Kau salah,” kata Alamanda, ”yang buat pembantu kami.”
                 Sejak itu Kliwon lupa pada keinginannya untuk meniduri pelacur
              bernama Dewi Ayu, dan sampai bertahun-tahun kemudian ia tak
              per nah menidurinya. Si kecil yang cantik itu telah menghancurkan
              segala-galanya, termasuk hari-hari dan mungkin masa depannya. Dalam
              beberapa hari setelah pertemuan singkat itu, segalanya tiba-tiba menjadi
              berubah. Ia mengusir semua gadis yang mencoba mendekatinya, meno-
              lak semua ajakan pesta, dan lebih banyak tinggal di rumah merenungi
              nasib cintanya yang tampak menyedihkan: se orang penakluk gadis-gadis
              dibuat tak berdaya oleh gadis delapan tahun. Tapi itulah kenyataannya,
              meskipun tak seorang pun tahu apa yang telah terjadi. Tak satu pun di
              antara teman-temannya mengetahui kepergiannya di hari Minggu itu ke
              rumah Dewi Ayu, sehingga tak seorang pun berani mengambil spekulasi
              mengenai kemurungannya akhir-akhir ini. Bagaimanapun, itu membuat

                                           164





        Cantik.indd   164                                                  1/19/12   2:33 PM
   166   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176