Page 175 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 175

Sementara itu, teman-temannya yang baik, lama-kelamaan akhir nya
              tahu juga mengenai apa yang terjadi. Mina telah menceritakannya pada
              mereka, berharap mereka bisa membantunya mengatasi masalah rumit
              tersebut. Mereka kembali mengajaknya ke pesta-pesta, menyuruhnya
              memetik gitar dan bernyanyi. Mereka mengajaknya mencuri ayam dan
              ikan di kolam, bermain ke gunung, dan berkemah dalam pesta api ung-
              gun yang meriah. Beberapa gadis, bahkan mencoba merayunya kembali.
              Hati maupun berahinya. Beberapa di antaranya bahkan menyeret Kli-
              won ke dalam tenda, menelanjanginya, membangunkan kemaluannya.
              Ia mau bercinta dengan mereka, tapi itu tak mengembalikan Kliwon
              yang dulu. Ia kehilangan selera humornya yang meluap-luap, kehi-
              langan roman muka yang periang, dan bahkan kehilangan nafsu yang
              menggelora di atas tempat tidur.
                 Semua usaha tampaknya tak akan berhasil, bahkan Kliwon sendiri
              tahu hal itu. Ia telah dikutuk untuk menderita dengan cara demikian,
              dan hanya cinta si gadis kecil mungkin bisa menyembuhkannya dari
              segala hal. Ia berharap bisa menculiknya, membawanya kabur ke suatu
              tempat, mungkin di tengah hutan. Mereka akan hidup berdua di gua,
              atau di lembah menggembalakan kambing liar. Ia akan merawatnya
              sendiri, memeliharanya, membuatnya tumbuh menjadi seorang gadis,
              sampai tiba waktunya ia bisa memperoleh cinta. Ia pergi meninggalkan
              teman-temannya, dan kembali menunggu gadis kecil tersebut di depan
              rumahnya, di pagi hari. Si gadis kecil terkejut melihat kemunculannya
              setelah lama menghilang, dan berkata padanya, ”Apa kabar? Aku de-
              ngar kau sakit.”
                 ”Ya, sakit karena cinta.”
                 ”Apakah cinta sejenis malaria?”
                 ”Lebih mengerikan.”
                 Si gadis tampak bergidik, lalu sambil menuntun adiknya, ia melang-
              kah berjalan menuju sekolah. Kliwon menyusul dan berjalan di sam-
              pingnya, tampak menderita sebelum akhirnya berkata.
                 ”Dengar gadis kecil,” katanya. ”Maukah kau mencintaiku?”
                 Alamanda berhenti dan menoleh kepadanya, lalu menggeleng.
                 ”Kenapa?” tanya Kliwon kecewa.
                 ”Kau sendiri yang bilang, cinta lebih mengerikan dari malaria.” Ala-

                                           168





        Cantik.indd   168                                                  1/19/12   2:33 PM
   170   171   172   173   174   175   176   177   178   179   180