Page 172 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 172

ibunya sangat khawatir, sebab selama bertahun-tahun memeliharanya,
                 ia belum pernah melihat Kliwon semurung hari-hari tersebut.
                    ”Apakah kau telah jadi seorang komunis?” tanya ibunya, cemas dan
                 tampak putus asa. ”Hanya orang komunis yang murung.”
                    ”Aku jatuh cinta,” kata Kliwon pada ibunya.
                    ”Itu lebih menyedihkan.” Mina, ibunya, duduk di samping Kliwon
                 dan mengelus rambutnya yang ikal dan dibiarkan memanjang. ”Pergilah
                 dan mainkan gitar di bawah jendela kamarnya sebagaimana biasa.”
                    ”Aku pergi untuk merayu ibunya,” kata Kliwon nyaris menangis.
                 ”Ibunya tak kuperoleh dan tiba-tiba aku jatuh cinta pada anaknya, dan
                 tampaknya juga tak akan kuperoleh.”
                    ”Kenapa tidak? Adakah gadis yang tak menginginkanmu?”
                    ”Mungkin gadis ini,” kata Kliwon pendek dan merebahkan di ri nya di
                 pangkuan Mina, seperti anak kucing yang manja. ”Namanya Ala manda.
                 Seandainya aku harus jadi komunis dan memberontak dan menghadapi
                 sederet regu tembak sebagaimana pernah terjadi pada ayah dan Kamerad
                 Salim untuk memperoleh gadis ini, aku akan melakukannya.”
                    ”Ceritakan padaku seperti apa gadis itu?” tanya Mina, merinding
                 oleh janji anaknya.
                    ”Tak seorang pun di kota ini, dan mungkin di seluruh alam se mesta,
                 lebih cantik darinya. Ia lebih cantik daripada Rengganis Sang Putri yang
                 kawin dengan anjing, paling tidak menurutku. Ia lebih cantik dari Ratu
                 Laut Kidul. Ia lebih cantik daripada Helena yang membuat perang Troya
                 meletus. Ia lebih cantik dari Diah Pi taloka yang menyebabkan perang
                 Majapahit dan Pajajaran. Ia lebih cantik daripada Juliet yang membuat
                 Romeo nekat bunuh diri. Ia lebih cantik dari siapa pun. Se luruh tubuh-
                 nya seperti mengeluarkan cahaya, rambutnya lebih mengilau dari sepatu
                 yang baru disemir, wajahnya begitu lembut seolah ia di buat dari lilin,
                 dan senyumnya seperti mengisap segala yang ada di seki tarnya.”
                    ”Kau akan cocok untuk gadis seperti itu,” kata ibunya menghibur.
                    ”Masalahnya, dadanya belum juga tumbuh, dan bahkan bulu ke-
                 malu annya belum muncul pula. Ia baru delapan tahun, Mama.”
                    Tertekan oleh penderitaannya, Kliwon menemukan pembebasannya
                 melalui surat-surat cinta yang tak pernah disampaikannya. Berhari-hari
                 ia mencoba menulis surat cinta, yang sekiranya cocok untuk seorang

                                             165





        Cantik.indd   165                                                  1/19/12   2:33 PM
   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176   177