Page 310 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 310

dan malam lagi, sampai waktu yang tak ditentukan. Kamerad menerima
                 laporan itu, dan juga memimpin rapat-rapat darurat tentang apa yang
                 harus dilakukan. Tapi sementara orang-orang sibuk menyiapkan dapur-
                 dapur umum, dan para veteran yang tergabung dengan Tentara Rakyat
                 bersiap untuk berperang melawan tentara reguler, Kamerad Kliwon
                 tetap tidak turun ke jalan. Ia masih di beranda yang sama, menunggu
                 koran, sampai sore kemudian datang.
                    ”Mungkin  besok  mereka  akan  datang,”  kata  Kamerad  Kliwon
                 akhir nya ketika malam telah mulai larut, seperti doa sebelum tidur,
                 atau semacam salam perpisahan pada Adinda. Ia masuk ke kamarnya
                 dan berbaring, sementara Adinda pergi menengok para pemogok di
                 jalanan sebelum pulang ke rumahnya. Ia makan malam sendirian sebab
                 Dewi Ayu telah pergi ke rumah pelacuran Mama Kalong, dan tiba-tiba
                 ia tersadar bahwa sepanjang hari Kamerad Kliwon tak menyentuh
                 makanan apa pun, sebagaimana dirinya, kecuali beberapa cangkir kopi
                 yang terus mereka buat. Ia agak mengkhawatirkan hal itu, dan hampir
                 saja pergi kembali ke markas Partai Komunis di ujung Jalan Belanda
                 untuk mengantarkan makanan, tapi kemudian ia ingat Kamerad Kliwon
                 telah tertidur. Maka ia masuk ke kamarnya, naik ke tempat tidur namun
                 tak juga bisa memejamkan mata. Ia masih mengkhawatirkan keadaan
                 Kamerad satu itu.
                    Keesokan paginya ia bangun sebagaimana biasa, dan setelah me-
                 nyiapkan sarapan pagi untuk ibunya yang bahkan belum pulang, ia pergi
                 melihat para pemogok. Lalu dengan tergesa-gesa, membawa sarapan
                 pagi dalam rantang, ia pergi ke markas Partai dan mendapati Kamerad
                 Kliwon telah duduk di beranda dengan secangkir kopi.
                    ”Apa kabar, Kamerad?”
                    ”Buruk,” jawab Kamerad Kliwon, ”mereka belum juga datang.”
                    ”Makanlah, seharian kemarin kau tak makan.” Adinda meletakkan
                 rantang sarapan pagi di meja di antara mereka berdua.
                    ”Ketidakdatangan koran-koran itu membuatku tak bisa makan.”
                    ”Mereka tak akan datang, aku bersumpah,” kata Adinda. ”Aku telah
                 dengar sejak kemarin banyak orang melaporkan, koran-koran dilarang
                 terbit oleh tentara-tentara itu.”
                    ”Koran-koran itu bukan milik tentara.”

                                             303





        Cantik.indd   303                                                  1/19/12   2:33 PM
   305   306   307   308   309   310   311   312   313   314   315