Page 350 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 350

tapi ia bukanlah seorang gadis yang demikian pen cemburu, sebagaimana
                 sering dituduhkan Alamanda dahulu kala. Bahkan ia memperlihatkan
                 kebanggaan yang tak dibuat-buat bahwa akhirnya mas kawin itu me-
                 lingkar di jari manisnya. Mereka meng habiskan bulan madu di sebuah
                 penginapan di daerah teluk yang disewa Dewi Ayu untuk mereka.
                    Bahkan Dewi Ayu membelikan pengantin baru tersebut rumah
                 di kompleks perumahan yang sama dengan Sang Shodancho. Begitu
                 de kat rumah mereka hanya terpisah oleh satu rumah. Sementara itu
                 Kamerad Kliwon membeli sepetak sawah dan ladang, dan ia mulai
                 meng garap tanah itu seorang diri. Ia membuat kolam di ujung ladang-
                 nya, dan menaburinya dengan benih ikan, memberinya dedak setiap
                 pagi sebagaimana ia melempari ikan-ikan itu dengan daun singkong
                 dan daun pepaya. Di sawah ia menanam padi sebagaimana orang lain.
                 Adinda harus belajar agak banyak untuk hidup sebagai petani, karena
                 ia tak pernah bersentuhan dengan lumpur sawah sekalipun, namun
                 jelas ia sangat bahagia.
                    Biasanya Kamerad Kliwon akan pergi pagi-pagi sekali, se ba gai mana
                 para petani, ke sawah mereka. Ia menengok saluran air, men cabuti rum-
                 put-rumput liar, memberi makan ikan, dan menanam kacang-kacangan
                 di pematang sawah. Adinda mengurusi semua urusan rumah, dan men-
                 jelang siang, setelah semua urusan itu selesai, Adinda akan menyusul
                 pula ke ladang sambil menenteng keranjang berisi sarapan pagi. Mereka
                 akan makan bersama di gubuk tanpa dinding yang dibangun Kamerad
                 Kliwon di pinggir sawah, dan sepulangnya keranjang itu akan berisi
                 daun singkong muda dan ubi.
                    Pada bulan Januari tahun berikutnya, Adinda yang memeriksakan
                 dirinya ke rumah sakit memperoleh kepastian bahwa ia hamil. Berita itu
                 tak hanya membuat keduanya berbahagia, namun semua yang menge nal
                 mereka ikut berbahagia. Alamanda adalah orang pertama yang secara
                 langsung menemui mereka untuk mengucapkan selamat. Waktu itu ia
                 pun sedang hamil, dan Nurul Aini belum lahir. Ia da tang ketika pasang-
                 an itu tengah bersantai di beranda rumah me lihat bunga-bunga yang
                 ditanam Adinda bermekaran demikian indah. Keduanya sedikit terkejut
                 oleh kedatangannya, sebab meskipun mereka bertetangga, Alamanda
                 tak pernah mampir dan begitu pula sebaliknya.

                                             343





        Cantik.indd   343                                                  1/19/12   2:33 PM
   345   346   347   348   349   350   351   352   353   354   355