Page 466 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 466
”Tapi bahkan ia kini bunting!” teriak roh jahat itu. ”Bukankah itu
mem buktikan bahwa seseorang mencintainya?”
Tapi bahkan ia kini bunting! Bukankah itu membuktikan bahwa seseorang
mencintainya?
Roh jahat itu benar.
”Tapi kau belum membunuhnya.”
”Aku belum membunuhnya.”
Aku belum membunuhnya.
Suatu malam, ketika ia kembali mendengar keributan, semacam
suara dengusan dan erangan orang yang tengah bercinta, ia akhirnya
men dobrak pintu kamar tersebut dengan kapak sekuat tenaga. Ia telah
dibuat kecewa, bagaimanapun, demi mengetahui bahwa se se orang
bercinta dengan Si Cantik yang buruk rupa itu. Seseorang mencintai-
nya, dan itu hal yang tak ia inginkan, bahkan sejak gadis itu belum
ia lahirkan. Ia begitu sakit hati, dan ingin mengetahui siapa laki-laki
bodoh yang mencintai gadis seperti itu. Tapi ia tak me lihat siapa pun
di kamar tersebut, kecuali Si Cantik dalam ke adaan telanjang bulat,
terkejut dan meringkuk di pojok ruangan.
”Dengan siapa kau bercinta?” tanyanya, antara marah, kecewa, dan
panik.
”Tak akan pernah kukatakan, ia Pangeranku.”
Tapi ia melihat sesuatu bergerak, tanpa wujud, seolah turun dari
tem pat tidur. Lalu melangkah melingkari meja, ia hanya bisa melihat je-
jak kakinya yang sedikit basah oleh keringat di lantai, di bawah cahaya
lampu kamar. Sosok tak tampak itu membuka jendela, begitu tergesa-
gesa, membuka tirainya, dan tentunya kemudian ia melompat. Waktu
itu ia berpikir, hantu tersebut telah datang untuk bercinta dengan Si
Cantik, dengan satu maksud yang tak bisa ia tebak.
”Tidak, itu bukan aku,” kata si roh jahat tersinggung.
Tidak, itu bukan aku.
”Kau menghalangiku untuk melihatnya.”
”Itu benar. Ha. Ha. Ha.”
Itu benar. Ha. Ha. Ha.
Dendamnya tampak berjalan sempurna, nyaris tanpa cela, dan
kutuk an itu terus berjalan menghancurkan apa pun yang tersisa dari
459
Cantik.indd 459 1/19/12 2:33 PM