Page 470 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 470

yakin ia selalu datang di waktu-waktu tertentu, sesuka hati, dan menga-
                 jari nya apa pun. Ia tak membutuhkan teman-teman lain, yang tak
                 mem butuhkannya karena buruk rupa. Ia tak perlu pergi ke luar rumah
                 untuk bermain, sebab ia bisa bermain di dalam rumah. Ia tak ingin
                 meng ganggu siapa pun dengan menampilkan dirinya yang mengerikan
                 di hadapan seseorang, maka dirinya pun tak terganggu oleh siapa pun di
                 dalam rumahnya. Rumah yang membuatnya senang dan bahagia, sebab
                 ada malaikat yang baik hati tinggal di sana, dan menjadi sahabatnya.
                    ”Aku bahkan bisa mengajarimu masak, meskipun aku tak pernah
                 belajar masak.”
                    Aku bahkan bisa mengajarimu masak, meskipun aku tak pernah belajar
                 masak.
                    Maka ia pun belajar masak dan segera mahir meramu bumbu untuk
                 jenis masakan apa pun. Tidak sampai di sana, ia mulai bisa me rajut,
                 menjahit, menyulam, dan mungkin bisa memperbaiki mo bil dan mem-
                 bajak sawah jika ia diberi kesempatan. Semuanya ia peroleh dari malai-
                 kat nya yang baik hati itu, yang mengajarinya dengan begitu telaten.
                    ”Jika kau tak pernah belajar itu semua, dari mana kau tahu dan bisa
                 mengajarku?” tanya Si Cantik.
                    ”Kucuri dari orang-orang yang bisa.”
                    Kucuri dari orang-orang yang bisa.
                    ”Apa yang bisa kau lakukan tanpa mencurinya dari orang lain?”
                    ”Menarik cikar.”
                    Menarik cikar.
                    Dengan cara demikianlah ia kemudian tumbuh di rumah itu, ber-
                 sama Rosinah, yang tak peduli lagi pada segala keanehan dan keajaiban
                 yang diperlihatkan gadis tersebut. Si Cantik memperoleh warisan yang
                 sangat memadai dari ibunya, ia hanya mengurus ba gaimana itu bisa te-
                 tap mencukupi bagi hidup mereka berdua. Rosinah pergi ke pasar setiap
                 hari untuk berbelanja urusan dapur, sementara Si Cantik tinggal di
                 rumah, tanpa perlu mengkhawatirkan apa pun. Ada hantu di rumah ini,
                 sebagaimana dikatakan Dewi Ayu suatu ketika, tapi ia tak mengganggu.
                 Bahkan jika benar ia yang mengajari Si Cantik segala sesuatu, hantu itu
                 cenderung baik. Rosinah tak perlu merisaukan apa pun, meninggalkan
                 Si Cantik di rumah sendirian.
                    Bahkan anak-anak yang kadang penasaran dan mengintip dari balik

                                             463





        Cantik.indd   463                                                  1/19/12   2:33 PM
   465   466   467   468   469   470   471   472   473   474   475