Page 9 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 9

Keajaiban, ia datang dalam bentuknya yang paling fan tastis. Ku-
              buran tua itu bergoyang, retak, dan tanahnya berhamburan ba gai kan
              ditiup dari bawah, menimbulkan badai dan gempa kecil, dengan rum put
              dan nisan melayang dan di balik hujan tanah yang bagaikan tirai itu
              sosok si perempuan tua berdiri dengan sikap jeng kel yang kikuk, masih
              terbungkus kain kafan seolah ia dan kain kafannya di kubur se malam
              saja. Orang-orang histeris dalam teriakan serempak yang menggema
              oleh dinding-dinding bukit di kejauhan, berlari le bih semrawut dari
              ka wanan domba. Seorang perempuan meleparkan bayinya ke semak-
              semak, dan seorang ayah menggendong batang pi sang. Dua orang lelaki
              ter perosok ke dalam parit, yang lainnya tak sadarkan diri di pinggir
              ja lan, dan yang lainnya lagi berlari lima be las kilometer tanpa henti.
                 Menyaksikan itu semua, Dewi Ayu hanya terbatuk-batuk dan ter -
              pukau menemukan dirinya di tengah-tengah kuburan. Ia telah mele-
              paskan dua ikatan teratas kain kafan dan melepaskan dua ikatan lagi di
              bagian kaki untuk membebaskannya berjalan. Rambutnya te lah tumbuh
              secara ajaib, sehingga ketika ia mengeluarkannya dari selimut kain mori
              itu, mereka berkibaran diterpa angin sore, me  nyapu tanah, seperti lumut
              berwarna hitam mengilau di dalam sungai. Wa  jahnya putih cemerlang,
              meskipun kulitnya keriput, de ngan mata yang begitu hidup dari dalam
              rongganya, menatap orang-orang yang bergerombol di balik belukar
              se belum separuh dari mereka melarikan diri dan separuh yang lain tak
              sadarkan diri. Ia me ngo mel entah pada siapa, bahwa orang-orang telah
              berbuat jahat menguburnya hidup-hidup.
                 Hal pertama yang ia ingat adalah bayinya, yang tentu saja bukan lagi
              seorang bayi. Dua puluh satu tahun lalu, ia mati dua belas hari se telah
              me lahirkan seorang bayi perempuan buruk rupa, begitu b u ruk rupa nya
              sehingga dukun bayi yang membantunya merasa tak yakin itu seorang
              bayi dan berpikir itu seonggok tai, sebab lubang ke luar bayi dan tai ha-
              nya terpisah dua sentimeter saja. Tapi si bayi menggeliat, ter  senyum,
              dan akhirnya si dukun bayi percaya ia memang bayi, bukan tai, dan
              ber kata pada si ibu yang tergeletak di atas tem pat tidur tak berdaya
              dan tak berharap melihat bayinya, bahwa bayi itu sudah lahir, sehat,
              dan tam pak ramah.
                 ”Ia perempuan, kan?” tanya Dewi Ayu.

                                           2





        Cantik.indd   2                                                    1/19/12   2:33 PM
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14