Page 12 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 12

oleh apa pun, meskipun bisa dipastikan ia telah mengetahui tentang
                 gadis kecil buruk rupa tersebut sebab hanya Rosinah yang menemani
                 si dukun bayi selama ia bekerja. Ia menggosok punggung majikannya
                 de ngan batu gosok, menyelimutinya dengan handuk, membereskan
                 kamar mandi se mentara Dewi Ayu melangkah keluar.
                    Seseorang mencoba menghidupkan kemurungan itu dan berkata
                 pada Dewi Ayu, ”Kau harus memberinya nama yang baik.”
                    ”Yah,” kata Dewi Ayu. ”Namanya Cantik.”
                    ”Oh,” orang-orang itu menjerit pendek, mencoba menolak dengan
                 cara yang memalukan.
                    ”Atau Luka?”
                    ”Demi Tuhan, jangan nama itu.”
                    ”Kalau begitu, namanya Cantik.”
                    Mereka memandang tak berdaya sebab Dewi Ayu telah melangkah
                 masuk ke dalam kamarnya untuk berpakaian, kecuali memandang satu
                 sama lain dengan sedih membayangkan seorang gadis dengan colokan
                 listrik di wajah yang sehitam jelaga kelak dipanggil orang dengan nama
                 Cantik. Sebuah skandal memalukan.
                    Bagaimanapun, adalah benar bahwa Dewi Ayu telah mencoba
                 mem bunuhnya. Ketika tahu bahwa ia bunting, tak peduli setengah
                 abad ia telah hidup, pengalaman telah mengajarinya bahwa ia bunting
                 lagi. Sebagaimana anak-anaknya yang lain, ia tak tahu siapa ayahnya,
                 namun berbeda dengan yang lain, ia sama sekali tak mengharapkannya
                 hidup. Maka ia menelan lima butir parasetamol yang ia peroleh dari
                 se orang mantri, diminum dengan setengah liter soda, cukup untuk
                 nya ris membuatnya mati tapi tidak bayi itu, ternyata. Ia memikirkan
                 cara lain, memanggil si dukun bayi yang kelak mengeluarkan anak itu
                 dari rahimnya, memintanya membunuh bayi itu dengan memasukkan
                 tongkat kayu kecil ke dalam perut. Ia mengalami pendarahan selama
                 dua hari dua malam, kayu kecilnya keluar telah terkeping-keping, tapi
                 si bayi terus tumbuh. Ia melakukan enam cara lain untuk menaklukkan
                 bayi itu, semuanya sia-sia, sebelum ia putus asa dan mengeluh:
                    ”Ia petarung sejati, ia ingin memenangkan pertarungan yang tak
                 pernah dimenangkan ibunya.”
                    Maka ia membiarkan perutnya semakin besar, menjalankan ritual

                                              5





        Cantik.indd   5                                                    1/19/12   2:33 PM
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17