Page 16 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 16

Sebagaimana sering terjadi, Rosinah hanya tersenyum. Ia tak bisa
                 bicara kecuali suara menggerundel tanpa arti, tapi ia bisa tersenyum
                 dan ia suka memberi senyum. Dewi Ayu sangat menyukainya, ter utama
                 karena senyum itu, sehingga suatu ketika ia pernah menyebutnya se-
                 ba gai si anak gajah, sebab semarah-marahnya gajah, mereka selalu
                 ter senyum sebagaimana kau bisa lihat mereka di sirkus yang datang ke
                 kota itu hampir di setiap akhir tahun. Dengan bahasa isyaratnya yang
                 tak bisa dipelajari di sekolah orang-orang bisu kecuali mempelajarinya
                 langsung dari Rosinah, si gadis mem beritahu Dewi Ayu, mengapa harus
                 merasa bosan. Ia belum juga punya dua puluh anak, sedangkan Gandari
                 melahirkan seratus anak Kurawa. Itu cukup membuat Dewi Ayu tertawa
                 terbahak-bahak, ia menyukai selera humor Rosinah yang kekanak-
                 kanakan dan tetap tertawa meskipun ia bisa membantah bahwa Gandari
                 tak melahirkan seratus anak sebanyak seratus kali, ia hanya melahirkan
                 segumpal daging yang kemudian jadi seratus anak.
                    Demikianlah, tanpa merasa terganggu sedikit pun, Rosinah terus
                 bekerja. Ia mengurus bayi itu, pergi ke dapur dua kali sehari, men cuci
                 setiap pagi, sementara Dewi Ayu berbaring nyaris tak ber gerak, sung-
                 guh-sungguh menyerupai mayat yang menunggu orang-orang selesai
                 meng gali kuburnya. Tentu saja tak selalu begitu. Jika ia lapar, ia bangun
                 dan makan. Setiap pagi dan sore ia juga pergi ke kamar mandi. Tapi ia
                 akan kembali menyelimuti dirinya dengan kain kafan, berbaring dengan
                 sikap tegak lurus dan kedua tangan diletakkan di atas perutnya, ma-
                 tanya terpejam, dan bibirnya bahkan sedikit tersenyum. Ada beberapa
                 tetangga yang mencoba meng in tipnya dari jendela terbuka, Rosinah
                 ber ulangkali mencoba mengusir mereka namun selalu tak berhasil, dan
                 orang-orang itu akan bertanya, mengapa ia tak memilih untuk bunuh
                 diri saja. Di luar kebiasaannya yang selalu menjawab dengan kalimat-
                 kalimat sarkasme, Dewi Ayu tetap tak bergerak.
                    Kematian yang ditunggu-tunggu itu akhirnya datang pada hari kedua
                 belas kelahiran Si Cantik yang buruk rupa, setidaknya begitulah semua
                 orang merasa yakin. Tanda-tanda kematiannya telah muncul sejak
                 pagi (ia mati sore hari), ketika ia berkata pada Rosinah bahwa jika ia
                 mati, jangan tulis namanya di kayu nisan, tapi ia menginginkan sebuah
                 epi taf, dengan kalimatnya sendiri, ”Aku melahirkan empat anak, dan

                                              9





        Cantik.indd   9                                                    1/19/12   2:33 PM
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21