Page 20 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 20

nali hal-hal yang akan terjadi di masa datang, sedikit ke mam puan yang
                 diwariskan dari orang-orang bijak di masa lalu. Ia datang pertama kali
                 bersama ayahnya yang tua dan menderita oleh rematik parah, seorang
                 penambang pasir di gunung, sewaktu ia masih berumur empat belas
                 tahun, lima tahun lalu. Mereka muncul di kamar Dewi Ayu di rumah
                 pe lacuran Mama Kalong. Pada awalnya si pelacur sama sekali tak
                 tertarik dengan si gadis kecil, melainkan pada ayahnya, seorang lelaki
                 tua dengan hidung menyerupai paruh kakak tua, berambut keriting
                 ke perakan, kulitnya yang keriput segelap tembaga, dan terutama cara
                 ber jalannya yang sangat hati-hati seolah semua tulang-belulangnya
                 akan lepas berhamburan begitu ia menghentaknya sedikit saja. Dewi
                 Ayu segera mengenalinya, dan berkata:
                    ”Kau ketagihan, Pak Tua,” katanya, ”Kita bercinta dua malam lalu.”
                    Lelaki itu tersenyum malu, bagaikan bocah kecil berjumpa dengan
                 kekasihnya, dan mengangguk. ”Aku ingin mati di pelukanmu,” ka  tanya.
                 ”Aku tak akan membayarmu, tapi kuberikan anak bisu ini. Ia anakku.”
                    Dewi Ayu memandang si gadis kecil dengan bingung. Rosinah berdiri
                 tak jauh darinya, tenang dan tersenyum ramah kepadanya. Waktu itu ia
                 masih begitu kurus dengan gaun penuh renda yang tampak terlalu besar
                 untuknya, tanpa alas kaki, dan rambut ikalnya hanya diikat de ngan karet
                 gelang. Kulitnya halus sebagaimana kebanyakan gadis gunung, dengan
                 wajah sederhana, bulat dengan mata yang cerdas, hidungnya pendek
                 dengan bibir lebar, dan dengan bibir itulah ia dengan mudah memberi se-
                 mua orang senyum yang menyenangkan. Dewi Ayu sama sekali tak tahu
                 untuk apa gadis se macam itu dan ia kembali memandang si lelaki tua.
                    ”Aku sendiri punya tiga anak perempuan, jadi untuk apa bocah ini
                 buatku?” tanyanya.
                    Ia bisa membaca dan menulis, meskipun tak bisa bicara, kata ayah-
                 nya. Ketiga anakku bisa membaca dan menulis, dan mereka bicara,
                 kata Dewi Ayu sambil tertawa mencandai. Tapi lelaki tua itu bersikeras
                 untuk tidur dan mati di pelukannya dan membayarnya dengan gadis
                 bisu itu. Ia bisa jadikan bocah itu apa saja. ”Kau bisa jadikan ia pelacur
                 dan ambil uangnya seumur hidup,” kata lelaki tua itu. ”Bahkan jika tak
                 ada lelaki yang mau dengannya, kau bisa mencincangnya dan menjual
                 da gingnya di pasar.”

                                              13





        Cantik.indd   13                                                   1/19/12   2:33 PM
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25