Page 22 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 22

nya, Rosinah sama sekali tak menemukan rumah yang ribut, melainkan
                 sebuah rumah sederhana yang begitu hening. Cat temboknya berwarna
                 krem dan tampaknya tak pernah dicat kembali selama bertahun-tahun,
                 kaca yang berdebu, tirai yang lapuk, bahkan dapurnya nyaris tak pernah
                 dipakai kecuali untuk memasak seceret kopi. Satu-satunya yang tampak
                 terurus hanyalah kamar mandi dengan bak besar yang ditiru dari bak
                 mandi orang-orang Jepang serta kamar tidur si tuan rumah. Beberapa
                 hari pertama di rumah ter sebut, Rosinah menampakkan dirinya sebagai
                 gadis yang layak untuk dibawa pulang dan dipertahankan. Sementara
                 Dewi Ayu tidur sepanjang siang, Rosinah mencat rumah, membersih-
                 kan lantai dan menggosok kaca jendela dengan serbuk gergaji yang
                 ia peroleh dari tempat pemotongan kayu, mengganti tirai dan mulai
                 mem  bereskan halaman yang segera dipenuhi berbagai bunga. Ketika
                 sore datang, untuk pertama kali Dewi Ayu terbangun dan me ne mu kan
                 aroma rempah-rempah dari dapur, dan mereka makan ma lam bersama
                 sebelum Dewi Ayu harus pergi. Rosinah sama se kali tak terganggu oleh
                 keadaan rumah yang membutuhkan begitu banyak penanganan, namun
                 ia dibuat penasaran oleh fakta bahwa hanya mereka berdua yang tinggal
                 di sana. Waktu itu Dewi Ayu belum belajar isyarat tangan si gadis bisu,
                 maka Rosinah kem bali menulis.
                    ”Kau bilang punya tiga anak?” tanyanya.
                    ”Benar,” kata Dewi Ayu. ”Mereka pergi begitu tahu bagaimana mem-
                 buka kancing celana lelaki.”
                    Rosinah segera mengenali kembali kalimat tersebut ketika be berapa
                 tahun setelahnya, Dewi Ayu berkata bahwa ia tak ingin lagi bunting
                 (padahal ia telah bunting), dan bilang bahwa ia bosan punya anak.
                 Mereka sering bercakap-cakap di sore hari, duduk di pintu dapur sambil
                 memandang ayam-ayam yang mulai dipelihara Rosinah mengais-ngais
                 tanah, dan seperti seorang Scheherazade, Dewi Ayu me ngisahkan begitu
                 banyak cerita fantastis, sebagian besar merupakan kisah tentang gadis-
                 gadis cantik yang pernah dilahirkannya. Mereka menjalin persahabatan
                 yang penuh pengertian tersebut dengan cara itu, sehingga ketika Dewi
                 Ayu mencoba membunuh si bayi di dalam perut dengan berbagai cara,
                 Rosinah sama sekali tak mencoba meng halanginya. Bahkan ketika Dewi
                 Ayu mulai menampakkan tanda-tanda keputusasaannya, ia menam-

                                              15





        Cantik.indd   15                                                   1/19/12   2:33 PM
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27