Page 19 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 19

kemeriahan yang tak tersaingi bertahun-tahun setelah dan sebelumnya
              di kota itu. Terutama hampir semua lelaki yang pernah tidur dengan sang
              pelacur melepas kepergiannya dengan kecupan ringan di kuncup bunga
              melati yang mereka lemparkan di sepanjang jalan keranda kematiannya
              lewat. Dan para istri lelaki-lelaki itu, atau kekasih mereka, juga berje-
              jalan sepanjang jalan di belakang pantat mereka, memandang dengan
              kecemburuan yang tersisa, sebab mereka yakin orang-orang mesum itu
              masih akan be rebut seandainya diberi kesempatan menidurinya kembali,
              tak peduli Dewi Ayu telah jadi sebongkah mayat.
                 Rosinah berjalan di belakang keranda yang dibawa empat lelaki
              kampung. Si bayi tertidur pulas di pelukannya, dilindungi ujung keru-
              dung hitam yang dikenakannya. Seorang perempuan, si cengeng itu,
              berjalan di sampingnya dengan sekeranjang kelopak bunga. Rosinah
              meraih bunga-bunga itu, melemparkannya ke udara beserta uang-uang
              logam yang segera menjadi rebutan anak-anak kecil yang berlari di
              ba wah keranda, terjungkal ke selokan, atau terinjak para pengiring
              jena zah yang mendendangkan shalawat nabi.
                 Ia dikubur di satu sudut bersama kuburan orang-orang celaka lain-
              nya; itulah kesepakatan Kyai Jahro dan penggali kubur. Di sana pernah
              dikubur perompak jahat dari masa kolonial, juga seorang pem bunuh
              gila, dan beberapa orang komunis, dan kini seorang pelacur. Orang-
              orang celaka itu dipercaya tak akan mati dengan tenang, kuburan
              me reka akan ribut oleh siksa kubur, dan adalah bi jaksana menjauhkan-
              nya dari kuburan orang-orang saleh, yang ingin mati dengan tenang,
              di gerogoti cacing, dan membusuk dengan te nang, dan bercinta dengan
              para bidadari tanpa keributan.
                 Secepat upacara yang meriah itu selesai, secepat itu pula orang-orang
              melupakan Dewi Ayu. Sejak hari itu, bahkan tidak pula Rosinah dan
              Si Cantik, tak seorang pun datang ke kuburannya. Mem biarkannya
              porak-poranda dilanda badai laut, ditumpuki sampah daun kamboja,
              dan ditumbuhi rumput gajah liar. Hanya Rosinah yang punya alasan
              me yakinkan mengapa ia tak membersihkan kuburan Dewi Ayu. ”Sebab
              kita hanya membersihkan kuburan orang mati,” katanya pada si bayi
              buruk rupa (dengan isyarat dan tentunya tak di mengerti si bayi).
                 Mungkin benar bahwa Rosinah memiliki kemampuan untuk menge-

                                           12





        Cantik.indd   12                                                   1/19/12   2:33 PM
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24