Page 198 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 198
a yu Utami
menangkis bola bulu. aku sangat kagum padanya. Ia pun
senang padaku dan mengajari aku bagaimana menjadi se-
orang pemain badminton. Setiap siang ia bermain melawan
orang lain. Tetangga-tetanggaku semua disikatnya habis. lalu,
setiap malam ia melakukan “permainan bayangan”—yaitu
bermain sendiri, tanpa kok, sambil membayangkan lawan. Ia
melompat, menyemes, menangkis, dengan teriakan-teriakan
gawat, seperti melawan setan yang tak bisa kulihat tapi bisa
dilihatnya. Tentu saja aku menirukan dia. Ia punya dua raket
dan memberikan satu padaku. Dengan segera aku juga mulai
bertanding melawan setan di malam hari.
Ibuku sangat cemas melihat permainanku melawan se tan
malam-malam itu. Ia pun berbicara pada sepupuku. Tak lama
kemudian sepupuku pulang ke Jawa dengan membawa kem-
bali raket yang diberikannya kepadaku. Tamatlah potensiku
sebagai satria pelawan setan. Tapi, untunglah ayahku sangat
tahu bahwa aku harus jadi anak laki-laki. Pada ulang tahunku
kelak, ia memberiku Trexando, pegas untuk untuk membangun
otot tangan, dan sejak itu aku tergila-gila membentuk otot-
otot tubuh. aku mau gagah dan ibuku salah.
Ibuku berhasil menghubungi kelompok Pramuka untuk
menolakku. Tapi Ibu tidak bisa melarang anak-anak tangsi
menerima aku sebagai anggota geng. Bahkan sekalipun aku
tidak lulus satu ujian mereka; yaitu ujian menerobos saluran
air—kegagalan yang terus menjadi mimpi burukku. Tapi, me-
ngetahui bahwa ia tak punya pengaruh terhadap geng anak
asrama, Ibu punya senjata lain. Ia terus-menerus berdoa agar
kami mendapat rumah baru di mana aku bisa naik pohon
dan memakan buah-buahnya—dan tentunya terjauhkan dari
gerombolan anak tangsi borok kaki. Doanya dikabulkan! aku
192
Enrico_koreksi2.indd 192 1/24/12 3:03:56 PM