Page 196 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 196

a yu Utami

               sendiri. Mata kananku yang agak juling membuat aku tampak
               seperti bocah yang tidak bisa konsentrasi. nafasku sebetulnya
               lumayan normal, tetapi kakakku punya penyakit asma. Dan,
               kau tahu, itu jenis penyakit turunan. artinya, yang ada pada
               kakakku bisa juga ada padaku.
                   Terjadilah  liburan  yang  tragis  itu.  ayah  membawa  kami
               berdua dengan sepeda untuk melihat tepi laut. Di sana ada
               benteng Jepang dan jenazah Malin Kundang yang telah men-
               jadi  batu.  Malamnya  Sanda,  kakakku,  kambuh  asmanya.  Ia
               meninggal dunia.
                   Sejak  kematian  kakakku,  ibuku  mulai  curiga  bahwa  ba-
               nyak  kelemahan  dan  bakal  penyakit  bersarang  di  tubuhku
               juga. Yang pertama adalah juling mataku. atas anjuran dokter
               ia  melatih  mataku  setiap  hari.  aku  harus  berkonsentrasi
               pada sebuah titik pada sebatang kertas yang didekatkan lalu
               dijauhkan lalu didekatkan, begitu berulang-ulang. Tapi, atas
               tafsirnya sendiri, ia melarang aku berkedip dalam terapi itu.
               Setelah  sepuluh  menit  tidak  berkedip  biasanya  airmataku
               akan berlinang. Barulah Ibu menghentikan terapinya.
                   Ibu  percaya  bahwa  aku  gampang  terserang  demam  dan
               batuk, dan memang kemudian aku terserang penyakit kuning
               yang  membuatku  harus  bolos  sekolah  selama  sebulan.  Ibu
               membawaku ke dokter agar kecurigaannya terbukti. Dan me-
               mang dokter jahanam itu berkomplot dengan Ibu. Ia menge-
               luarkan  sertifikat  kelainan  jantung.  Ia  menyebutkan  nama
               sulit yang hanya bisa diucapkan oleh dokter itu sendiri dan
               ibuku, serta memberi beberapa salinan surat. Ibu membawa
               salinan surat itu kepada kepala sekolah dan wali kelasku. Se-
               te lah itu di sekolah aku menjadi anak yang aneh tanpa bisa
               kumengerti.


           190



       Enrico_koreksi2.indd   190                                     1/24/12   3:03:56 PM
   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200   201