Page 191 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 191
Ce r i t a Ci n t a E n r i c o
ada suatu kelegaan bahwa akhirnya aku bisa mencerita-
kan hal ini pada seseorang. Dan orang itu tidak menghakimi.
a mengelus-elus kepalaku seperti terhadap anak tersayang,
membuatku tenang. Toh matanya memancarkan keingin-
tahuan yang kupikir tulus.
“apa kamu selalu mengigau?” tanyanya.
aku baru sadar bahwa a mendapati aku mengigau terus
setiap kali ia menginap di tempatku. Ia kira itu kebiasaanku
seumur hidup. Kupikir ini adalah periode yang aneh dalam
hidupku. Sejak ayahku meninggal, aku didatangi mimpi-mimpi
dari masa kecil. Mimpi-mimpi yang berhubungan dengan
rumah masa kanakku, seluk-beluk kota masa silam yang telah
begitu jauh. Mimpi-mimpi yang membuatku meracau lalu
terjaga dengan suatu rasa sedih masa lampau. aku senang
bahwa aku terjaga dengan sebuah tangan yang mengelus-elus
kepalaku. Membuatku ingin menyusu. aku teringat puting
ibuku. Sebelah yang tercuil karena kugigit di medan gerilya...
Potongan-potongan memori dari masa kecil pun ber mun-
culan. a menjadi pencatat mimpi-mimpiku, yang membuat-
nya terbangun di tengah malam oleh igauku. a mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang membuat mimpi itu menjadi
le bih jelas asal-usulnya. Cuplikan masa laluku datang melalui
mimpi-mimpi. Seolah-olah selama ini mereka tersimpan dalam
sebuah luweng di dasar danau. atau dalam sebuah bunker
rahasia reruntuhan sebuah benteng. Bersama kematian ayah,
sumbat bunker itu terbuka. Maka, keping-keping masa kanakku
mulai terangkat, lolos dari celah yang semula tersumbat, dan
mengapung ke dalam perairan mimpiku.
aku mendengar anak-anak perempuan menyanyikan
lagu Saputangan. Saputangan, dikipaskan, terbuat dari kain,
185
Enrico_koreksi2.indd 185 1/24/12 3:03:56 PM