Page 186 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 186
a yu Utami
memuaskan, barulah aku boleh memanjakan diriku dengan
bayangan-bayangan. Dalam hatiku, sesungguhnya aku tidak
selalu ingin bercinta betulan dengan perempuan. Sejujurnya,
sering kali persetubuhan itu lebih bagus dalam khayalannya
saja. Kenyataan kerap malah mengecewakan. Tak hanya
itu, konsekuensinya menjengkelkan juga. Kita lalu dituntut
menyatakan cinta, bertanggung jawab, atau segala macam.
Kenapa banyak perempuan tidak bisa senang dengan per-
setubuhan saja? Kalau boleh memilih, sering-sering aku lebih
senang percintaan khayalan. Sialnya, hormon-hormonku
membutuhkan perbuatan nyata—sekalipun aku tahu itu kerap
juga berakhir dengan penyesalan.
aku senang tatkala a bilang bahwa ia harus segera pergi
setelah pemotretan itu selesai. “Ya. Pergilah cepat-cepat,” sa-
hutku gembira, sebab tadi aku sudah bekerja keras dan seka-
rang waktuku bersenang-senang. Tadi ia sudah meng gunakan
aku sebagai alat. Kini saatnya aku menggunakan dia dalam
fantasiku.
a mengisi fantasiku sepanjang malam-malam berikut nya.
Dan semakin sering aku bertemu dia, semakin aku senang pa-
danya. Pada suatu titik, aku tahu ia juga senang padaku. arti-
nya, hubungan akan berlanjut ke atas ranjang. Tapi peristiwa
itu baru terjadi di bulan keempat. Tepatnya dalam perayaan
april Mop.
Sekali lagi kuulang: Bulan pertama, ayahku meninggal se-
te lah tunai melihat tahun baru. Bulan kedua, aku berulang
tahun sebagai jomblo sejati. Bulan ketiga, a datang padaku.
Bulan keempat, kami bercinta. Semuanya terjadi berturutan,
seolah yang satu menyiapkan yang lain.
180
Enrico_koreksi2.indd 180 1/24/12 3:03:56 PM