Page 193 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 193
Ce r i t a Ci n t a E n r i c o
a-a-a... bella polenta cosi...”
“lagu apaan itu?”
“Haha. Itu lagu tentang jagung yang ditanam, dipanen, lalu
diolah, lalu dimakan, lalu jadi taik.”
“Kalau lagu Santa Lucia, kamu tahu syairnya?”
“Tentu. Sul mare luccica. l’astro d’argento. Placida è l’onda,
prospero è il vento...” a menyanyikannya sampai selesai dan
aku teringat malam-malam di sebuah tangsi militer yang
kumuh, di mana suara akordeon mengudarakan lagu itu.
aku bisa memainkan lagu itu dengan akordeon. Ibu
yang mengajari. Ke mana akordeon itu sekarang? Ibuku mau
menamai aku Enrico. Dari Enrico Caruso, penyani tenor Italia
yang mempopulerkan lagu Santa Lucia ke seluruh dunia.
Sebab Enrico Caruso mencintai ibunya sehingga setiap kali ia
menyanyi adalah ibunya yang ia bayang-bayangkan...
Ketika a meloncat dari tempat tidur, lalu memakai
kembali terusannya yang bermotif bunga, tiba-tiba aku
melihat sepasang kaki kokoh ibuku menjulur dari balik rok
itu. Jantungku berdebar.
a menyadari sikap ganjil pada diriku yang memandangi
dia berpakaian.
“Kenapa kamu melihat aku seperti begitu?”
aku terdiam. aku melihat kakinya menelusup ke dalam
sepatu dengan hak yang gagah, nyaris pantovel. Sepasang
tungkai dengan betis penuh itu kini terangkat lebih tinggi
dari lantai, menjulang ke balik rok kembang-kembang yang
lebar di bagian bawah dan menciut di pinggang. Di sebelah
atas pinggang yang kecil itu sepasang tangan mengancingkan
bukaan baju. Tangan itu tidak lembut, melainkan keras
bagai biasa bekerja. Dan kancing-kancing itu bukan manik,
187
Enrico_koreksi2.indd 187 1/24/12 3:03:56 PM