Page 220 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 220
a yu Utami
lalu ia mencoba menyatakan apa yang ia rasakan selama
tiga tahun ini. Ia merasa, pelan-pelan ia menjadi ibu dalam
hubungan kami. Ia merasa ialah yang memikirkan apa-apa
tentang diriku, sementara aku terlalu senang padanya sehingga
tidak memikirkan hal-hal lain.
“aku tidak mau jadi ibumu,” katanya.
Kata-katanya menyentakku. Ia tak mau jadi ibuku? apa
yang kulakukan selama ini sehingga ia merasa menjadi ibu-
ku? Di saat yang sama aku juga tidak bisa menyangkal bahwa
padanya aku menemukan perwujudan ibuku dalam masa-
masa terindahnya. Kehadirannya membuat aku melihat lu-
ruhnya bukit kapur Hari Kiamat dan di dalamnya kutemukan
kembali ibuku yang asli, yang berkaki kokoh dan memberikan
padaku keajaiban-keajaiban yang ia buat sendiri. Ibuku yang
hilang sejak aku kecil dan Sanda meninggal...
“lihatlah dirimu, Sayang. Kamu menjadi anak-anak.”
Ia bilang ketika hubungan baru mulai baginya aku tampak
seperti seorang petualang sejati. Dengan motor besarku, aku
tampak gagah dan merdeka—padahal ia tidak tertarik motor
besar sama sekali. Cerita-cerita ekspedisi dan petualangan
seksku (meskipun aku pantang menyebut identitas cewek
yang kuceritakan) menggairahkannya. Tapi lama-kelamaan,
katanya dengan prihatin, aku menjelma anak mama. Melekat
terus padanya. Menyusu. Tidak suka keluyuran. Tidak punya
dunia sendiri. Menolak kerjaan karena pekerjaan itu akan
menjauhkan aku dari dirinya. Teman-temanku satu per satu
tak muncul lagi ke rumah.
apa yang diungkapkannya sungguh membuatku terhe-
nyak. aku seperti melihat makhluk yang diharapkan Ibu.
Betulkah aku telah menjelma seorang anak sebagaimana yang
214
Enrico_koreksi2.indd 214 1/24/12 3:03:57 PM