Page 224 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 224
a yu Utami
dan tidak pernah menyuruh dia pindah agama, aku tak pu-
nya kesalahan keberadaan. Kesalahan sontoloyo itu. Pacar-
pacar sebelumnya, karena punya kesalahan ontoloyo tadi, tak
perlu diperjuangkan saat cinta telah retak. “Tapi, kalau aku
meninggalkan kamu untuk lelaki yang, katakanlah, lebih baru
dan lebih menjanjikan, perbuatan itu sama sekali tidak etis.
aku tidak bisa melakukannya. Moralku tidak mengizinkan aku
melakukan itu.”
Jadi, di persimpangan jalan ini dia memilih aku bukan ka-
rena aku ini lebih baik daripada orang itu, melainkan karena
standar moralnya sendiri. Ia tidak bisa melakukan perbuatan
yang menurut dia tidak etis. Betapa benci aku padanya. Masa
dia tidak bisa mengakui kebaikan-kebaikanku selain tak
adanya kesalahan sontoloyo itu? Betapa angkuh perempuan
ini dengan nilai-nilainya. Betapa ia sesungguhnya lebih peduli
pada nilai-nilai itu daripada manusia lain. Dan tak sekalipun
ia meminta maaf.
Tapi aku juga tak punya pilihan lain. aku tahu sisi baik
dirinya yang membuatku sangat bahagia, meskipun kini aku
berhadapan dengan sisi lainnya yang membuatku sangat men-
derita. Dalam sebulan setelah peristiwa itu, rambutku mulai
kelabu.
Mimpi-mimpi sedih kembali mendominasi tidurku. Tapi
aku tak mendapati ia mengelus-ngelus kepalaku lagi. Seba-
liknya, ia tidak bisa tersentuh olehku jika sedang tidur. Jika
tanganku menyentuhnya ia akan menjerit. Bahkan jika aku
tak sengaja sekalipun. Katanya, bukan karena ia mau marah.
Tapi tubuhnya tidak mau. Tubuhnya seperti mau meledak jika
tersentuh tanpa persiapan. Ia harus menyiapkan mental untuk
bisa bersentuhan denganku.
218
Enrico_koreksi2.indd 218 1/24/12 3:03:57 PM